Logo Bloomberg Technoz

Pasar Domestik Kembang Kempis, Ekspansi Manufaktur RI Terkikis

Rezha Hadyan
01 March 2023 19:28

Botol Produk perawatan kulit Citra Unilever NV di sepanjang lini produksi di pabrik perusahaan di Cikarang, Rabu (14/11/2012). (Dadang Tri/Bloomberg)
Botol Produk perawatan kulit Citra Unilever NV di sepanjang lini produksi di pabrik perusahaan di Cikarang, Rabu (14/11/2012). (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta — Penurunan kinerja manufaktur Indonesia pada Februari dinilai belum menjadi sinyal bahaya bagi ekspansi sektoral pada 2023. Bagaimanapun, kalangan pengusaha tetap waswas dengan potensi turunnya permintaan domestik yang dapat memengaruhi kinerja industri secara agregat.

Menyitir laporan terbaru S&P Global, Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia pada Februari 2023 berada di level 51,2 yang merefleksikan industri manufaktur di dalam negeri masih sanggup melanjutkan ekspansi selama 18 bulan berturut-turut. 

Akan tetapi, capaian tersebut turun tipis 0,1 poin dari bulan sebelumnya di level 51,3 atau saat kinerja manufaktur Indonesia menguat 0,4 poin dari Desember di level 50,9.

Indeks PMI di atas 50 menunjukkan adanya geliat ekspansi industri di dalam negeri, sedangkan di bawah ambang tersebut merefleksikan kontraksi terhadap kinerja manufaktur. 

PMI manufaktur yang sedikit melemah saat ini terjadi lantaran pelaku usaha ingin mengantisipasi adanya efek negatif inflasi terhadap appetite konsumsi dan daya beli masyarakat.

Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum III Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia

Merespons laporan tersebut, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan PMI manufaktur Indonesia yang mengalami penurunan pada Februari tidak terlalu mengkhawatirkan pelaku usaha.