Bloomberg Technoz, Jakarta – Hingga kuartal III-2023, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan produksi bijih timah sebanyak 11.201 metrik ton (MT) atau turun 23% dalam periode yang sama di tahun lalu atau secara year on year (yoy) yang sebanyak 14.502 MT.
Pencapaian tersebut baru mencakup 77% dari total target rencana kerja anggaran dan biaya (RKAB) perseroan yang mencapai 26.000 MT.
Selain itu, produksi logam timah juga sebesar 11.100 MT, atau turun 18% dari tahun sebelumnya sebesar 15.325 MT atau baru mencapai 72% dari target 2023.
Direktur Operasi dan Produksi TINS Nur Adi Kuncoro mengatakan penurunan produksi tersebut lantaran dipicu oleh beberapa temuan akitivitas penambangan ilegal di beberapa wilayah izin usaha pertambangan (WIUP).
"Memang ini jadi isu yang hangat, banyak kegiatan ilegal. Namun, itu manajemen TINS dan divisi pengamanan tidak tinggal diam, yang tersebar di WIUP Bangka Belitung. Ini menjadi tantangan buat kami untuk pengamanan ini," ujarnya dalam paparan publik secara daring, Selasa (28/11/2023).
Dalam kesempatan terpisah, Corporate Secretary TINS Abdullah Umar juga tidak menampik jika penurunan target produksi tersebut memang disebabkan oleh beberapa kendala tata niaga pertambangan.
"Kendala lebih banyak di operasi terkait dengan armada, juga kendala tata niaga pertimahan yang perlu diperbaiki," ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senin (27/11/2023).
Meski demikian, Kuncoro mengatakan ke depan perseroan akan terus berupaya untuk memaksimalkan produksi hingga pengujung tahun ini. Hal itu diupayakan dengan melakukan penambahan lokasi tambang dan juga meningkatkan kapasitas produksi tambang primer.
"Kami yakin upaya itu akan memperbaiki kinerja produksi tambang ke depan."
Adapun saat ini, TINS sendiri memiliki Izin Usaha Penambangan (IUP) di darat dan lautan di kepulauan Bangka, Belitung, dan Pulau Kundur dengan total seluas 473.310 hektar (Ha).
Sekadar catatan, kinerja keuangan TINS perkuartal III ini juga mengalami tekanan. Emiten pertambangan pelat merah ini mengalami kerugian hingga Rp87,45 miliar atau turun signifikan dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp1,14 triliun.
Selain itu, laba TINS juga tertekan pendapatan yang anjlok 38% dari periode sama tahun lalu menjadi Rp4,56 triliun dari semula Rp7,47 triliun.
(ibn/wdh)

































