Logo Bloomberg Technoz

RI Banjir Kritik Gegara Cuma Padamkan 1,7 GW PLTU Pakai Dana JETP

Sultan Ibnu Affan
07 November 2023 13:45

Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Berbagai lembaga think tank internasional mengkritik Indonesia lantaran hanya menargetkan pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dengan kapasitas 1,7 gigawatt (GW) melalui skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP). 

Kepala Program, Riset, dan Analisis untuk Transisi Bahan Bakar Fosil E3G, Leo Roberts, mengatakan semestinya Indonesia membidik sebanyak 10 kali lipat kapasitas PLTU hingga 2030 dari sekadar 1,7 GW, jika ingin sejalan dengan visi Paris Agreement.

Menurut Roberts, jika Indonesia tidak mengoptimalkan dana JETP untuk pensiun dini PLTU secara tegas, pengembangan energi baru terbarukan (EBT) berpotensi terganggu.

“JETP harus menjadi mekanisme yang sempurna untuk mendanai pensiun dini PLTU batu bara yang ambisius dan menghindari pembangunan PLTU batu bara baru. Masih terdapat beberapa celah yang harus dibenahi dalam draf CIPP ini,” katanya melalui keterangan resmi, Selasa (7/11/2023). 

Kenaikan kapasitas PLTU berbasis batu bara di Indonesia dalam 1 dekade terakhir. (Sumber: Bloomberg)


Untuk diketahui, Sekretariat JETP membuka draf comprehensif investment and policy plan (CIPP) untuk masukan publik selama 1—14 November 2023.