Logo Bloomberg Technoz

Menurut analis senior untuk logam dan pertambangan di Bloomberg Intelligence, Yi Zhu, larangan ekspor bauksit dapat menaikkan harga dalam jangka pendek karena adanya gangguan pasokan. Indonesia memasok sekitar 16% dari total impor bauksit China per Oktober tahun lalu.

"Namun dengan meningkatnya pembelian China dari Guinea, dampak larangan ekspor bauksit Indonesia terhadap industri aluminium kemungkinan akan terbatas," katanya.

Konsentrat Tembaga

Pemerintah Indonesia juga menandakan potensi larangan ekspor konsentrat tembaga yang dinilai mampu mengguncang pasar global akibat kurangnya pasokan di tengah transisi energi yang semakin meningkat. Indonesia telah mengambil alih Grasberg, tambang tembaga terbesar kedua di dunia, dari perusahaan-perusahaan tambang internasional dunia termasuk dari Freeport-McMoran Inc. pada 2018 lalu.

Indonesia pernah melarang ekspor bauksit pada 2014. Larangan tersebut sempat menghantam keras industri aluminium China yang menggantungkan dua pertiga pasokannya dari luar negeri. Keadaan tersebut mendorong perusahaan peleburan tembaga asal China melakukan investasi besar-besaran untuk mendiverisifikasi sumber mineral mereka, terutama yang berasal dari Guinea. 

Perusahaan China Berbondong-Bondong ke Indonesia demi Nikel

Pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel pada 2020 lalu. Kebijakan tersebut mendorong sejumlah perusahaan China menginvestasikan miliaran dolar untuk mendirikan operasi di pulau Sulawesi dan Halmahera, di mana mereka telah membangun kilang, peleburan, dan sekolah metalurgi. Sejak saat itu nilai ekspor nikel Indonesia terus melonjak. 

Namun, langkah tersebut telah memicu tentangan dari negara-negara pengimpor. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan akhir tahun lalu bahwa larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia melanggar aturan perdagangan internasional menyusul keluhan dari Uni Eropa. Indonesia pun mengajukan banding atas keputusan tersebut.

“Larangan bauksit tidak mungkin memiliki dampak material di pasar, karena Indonesia memproduksi kurang dari 5% pasokan mineral global tahun lalu”, kata Jayanta Roy, wakil presiden senior di ICRA Ltd., unit India dari Moody's Investors Service.

“Defisit ini berpotensi dijembatani oleh produsen besar lainnya seperti Australia dan Guinea,” ujarnya. Roy pun menambahkan prospek permintaan global yang tidak menguntungkan untuk logam non-besi juga akan membatasi dampak keputusan pemerintah Indonesia.



(evs)

No more pages