Logo Bloomberg Technoz

Meski data terakhir menunjukkan, minat asing di SBN telah kembali dengan capaian beli bersih sebesar Rp4,13 triliun pada 5 September lalu, seperti ditunjukkan oleh data Kementerian Keuangan RI, belum ada jaminan kuat bahwa tren itu bakal langgeng dengan outlook inflasi dan kekhawatiran terhadap pergerakan harga minyak dunia. 

Bank Indonesia tidak memungkiri penurunan posisi cadev tak lain karena terkuras upaya stabilisasi rupiah dalam bentuk intervensi di berbagai pasar valas. Selain juga karena pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Mengacu pada statistik ULN terakhir yang dirilis bulan lalu, posisi utang luar negeri jangka pendek dengan masa jatuh tempo kurang dari setahun per akhir kuartal II-2023 mencapai US$48,87 miliar di mana angkanya didominasi oleh ULN swasta senilai US$47,86 miliar.

Defisit terjadi lebih cepat

Sejauh ini Indonesia memang mencatat tren penurunan inflasi yang lebih cepat ketimbang perkiraan semula. Itu yang membuat Bank Indonesia percaya diri sampai akhir tahun ini inflasi domestik akan terkendali di bawah 3%. 

Akan tetapi, kenaikan harga beras yang mencetak rekor tertinggi pada Agustus lalu dan menjadi satu dari beberapa komoditas yang naik harga di tengah deflasi, penting menjadi perhatian. Beras menjadi salah satu kontributor inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. 

Bukan cuma itu, kenaikan harga minyak dunia juga membayangi outlook inflasi mengingat posisi Indonesia sebagai importir minyak. 

Pemerintah telah mengusulkan kenaikan asumsi harga ICP dan lifting minyak untuk APBN 2024 menjadi US$82 per barel dan 635.000 bpd. Usulan tersebut terkait dengan kenaikan harga minyak dunia yang saat ini sudah bertengger di US$87-an untuk jenis West Texas Intermediate dan US$90-an untuk Brent.

Pada saat yang sama, pesta komoditas telah berakhir bagi Indonesia. Nilai surplus neraca perdagangan semakin mengecil dengan menurun ke kisaran US$1,31 miliar pada Juli lalu.

Tren penurunan surplus diprediksi akan terus berlanjut sehingga membawa defisit neraca dagang RI terjadi lebih cepat ketimbang perkiraan semula. 

Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman memprediksi, Transaksi Berjalan Indonesia akan mencetak defisit sebesar -0,65% pada akhir tahun ini, setelah berhasil menutup surplus 0,99% pada 2022 lalu. 

Sokongan DHE dan SRBI

Inflasi dan defisit Transaksi Berjalan yang membayangi outlook rupiah ke depan yang bisa mengancam posisi cadev akan banyak berharap pada efektivitas kebijakan kewajiban penempatan devisa hasil ekspor.

Berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg Technoz, selama Agustus yang menjadi bulan perdana di mana penempatan DHE diwajibkan oleh pemerintah, nilai penyerapan dari lelang term deposit valas DHE oleh Bank Indonesia telah mencetak rekor tertinggi.

Lelang DHE Valas mulai ramai (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Sepanjang Agustus, angka penyerapan menembus US$595,25 juta, termasuk nilai rollover deposito valas. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak BI aktif menggelar operasi moneter dengan instrumen TD Valas DHE awal Maret lalu.

Ekonom memperkirakan, regulasi itu akan bisa membantu menyumbang cadangan devisa RI dengan perkiraan nilai antara US$12 miliar sampai US$15 miliar selama periode Agustus hingga Desember 2023. "Itu akan menjadi sokongan berharga dalam membantu stabilitas rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Faisal.

Bulan ini Bank Indonesia juga akan memulai operasi moneter memakai instrumen baru yakni Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tepatnya mulai 15 September nanti. 

Analis pasar meyakini, itu akan membuat rupiah bisa lebih bertahan karena instrumen baru itu diperkirakan akan menyedot banyak minat pemodal asing yang membawa dolar AS ke pasar domestik. 

Di mata analis, SRBI akan berbeda dampaknya bila dibandingkan dengan instrumen SBI yang menjadi sumber hotmoney (dana asing jangka pendek) dan menaikkan volatilitas rupiah ketika itu. "Saat itu [sebelum 2011], pilihan asset class T-Bills masih lebih sedikit," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas.

Saat ini pilihan T-Bills juga masih belum terlalu banyak. Namun, analis meyakini dampak terhadap volatilitas rupiah akan berbeda dibanding sebelum 2011 silam.

Penerbitan SRBI ditujukan untuk memperbanyak amunisi operasi moneter demi membantu stabilisasi nilai tukar, menggantikan instrumen reverse repo. SRBI diterbitkan dengan underlying surat berharga negara yang dimiliki Bank Indonesia di mana nilainya telah melampaui Rp1.000 triliun. 

Bank Indonesia optimistis, nilai tukar rupiah masih akan bertahan di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Bank sentral menegaskan akan menjaga rupiah di kisaran Rp14.800-Rp15.200 per dolar AS tahun ini dengan prospek penguatan pada 2024 ke kisaran Rp14.600-Rp15.100 per dolar AS.

Pada siang hari ini, nilai tukar rupiah di pasar spot diperdagangkan melemah di kisaran Rp15.336/US$ di tengah kenaikan pamor dolar AS. Sementara premi risiko RI 5 tahun meningkat ke kisaran 80,12.

(rui/roy)

No more pages