Logo Bloomberg Technoz

Per Mei 2023, tingkat hunian hotel turun tipis menjadi 49% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu di level 49,9%. Menurut tim ekonom Bank Mandiri, penurunan dipicu pergeseran periode libur Lebaran dari Mei pada 2022 menjadi April pada tahun ini.

Dibandingkan dengan April 2023, tingkat hunian kamar hotel pada Mei meningkat menjadi 41,4%. Pada Mei 2023, tiga provinsi dengan tingkat okupansi hotel tertinggi a.l. DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Sumatra Selatan masing-masing sebesar 60,5%, 58,1% dan 57,3%. Sementara itu, tingkat hunian hotel tujuan wisata utama yaitu Bali hanya mencapai 47,3% pada bulan tersebut.

“Provinsi dengan peningkatan okupansi tertinggi adalah Kalimantan Utara dengan 11 poin persentase. Sebaliknya, provinsi dengan penurunan okupansi hotel terdalam adalah Lampung dengan -12 poin persentase.

Sebagai tambahan, hotel bintang 4 memiliki okupansi tertinggi yaitu sebesar 52,5%, disusul bintang 3 sebesar 50,2%, bintang 5 sebesar 48,7%, bintang 2 sebesar 45,6%, serta bintang 1 sebesar 33%.”

Sementara itu, kunjungan wisman ke Indonesia pada Mei 2023 tumbuh 166,4% year on year (yoy), dengan jumlah 945.590 kunjungan. Secara bulanan, kunjungan wisman Mei hanya meningkat sebesar 9,2%. 

Berdasarkan negara asal, proporsi wisman terbesar pada Mei berasal dari Malaysia (17,2%), Australia (12,2%), Singapura (12%), Timor Leste (7,6%) dan China (5,7%).

“Kami melihat kunjungan wisman akan terus meningkat sampai dengan Agustus karena memasuki periode liburan musim panas di belahan bumi utara. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan kunjungan wisman pada 2023 sebanyak 8,5 juta. Sampai dengan Mei, realisasinya sudah mencapai 48,5% dari target,” paparnya.

Perusahaan jasa real estat, Jones Lang LaSalle (JLL), sebelumnya memproyeksikan investasi sektor properti perhotelan di Indonesia sampai dengan kuartal I-2023 menembus US$174 juta, alias hampir 70% dari rekor tertinggi yang direalisasikan pada 2013.

Sepanjang tahun ini, penanaman modal di sektor tersebut ditaksir menembus US$300 juta atau setara Rp 4,5 triliun (asumsi Rp 14.900/US$).

Berdasarkan laporan JLL Indonesia bertajuk Jakarta Property Market Overview 1Q 2023, sepanjang kuartal pertama tahun ini, tidak ada investasi maupun transaksi besar baru di industri properti subsektor perhotelan yang terealisasi di Tanah Air.

“Namun, di balik pemulihan arus kas sektor perhotelan yang sedang berlangsung di Jakarta dan Bali, kesepakatan [investasi] dapat muncul kembali pada 2023,” papar konsultan properti yang berbasis di Inggris itu dalam laporannya.

Lebih lanjut, lembaga tersebut memaparkan sumber modal swasta akan mendominasi aksi akuisisi hotel di Indonesia pada kuartal mendatang dan preferensinya adalah aset defensif yang dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelestarian kekayaan, terutama di tengah risiko ekonomi makro dan tantangan inflasi global.

“Kami memperkirakan Indonesia akan mencatat total volume investasi hotel sebesar US$300 juta untuk setahun penuh pada 2023,” jelas mereka.

(wdh)

No more pages