Logo Bloomberg Technoz

AS Pangkas Jumlah Penerbangan Akibat Shutdown

Redaksi
10 November 2025 10:38

Penumpang berjalan di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington (DCA) di Arlington, Virginia, AS, Kamis (6/11/2025). (Graeme Sloan/Bloomberg)

Penumpang berjalan di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington (DCA) di Arlington, Virginia, AS, Kamis (6/11/2025). (Graeme Sloan/Bloomberg)

AS akan memangkas kapasitas penerbangan hingga 10% di 40 bandara dengan volume penerbangan tertinggi di seluruh negeri. (Graeme Sloan/Bloomberg)

AS akan memangkas kapasitas penerbangan hingga 10% di 40 bandara dengan volume penerbangan tertinggi di seluruh negeri. (Graeme Sloan/Bloomberg)

Langkah ini untuk mengurangi tekanan terhadap pengatur lalu lintas udara saat penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)

Langkah ini untuk mengurangi tekanan terhadap pengatur lalu lintas udara saat penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)

FAA terpaksa memperlambat lalu lintas udara di banyak bandara karena kekurangan staf pengatur lalu lintas udara. (Graeme Sloan/Bloomberg)

FAA terpaksa memperlambat lalu lintas udara di banyak bandara karena kekurangan staf pengatur lalu lintas udara. (Graeme Sloan/Bloomberg)

Para petugas tetap bekerja tanpa menerima gaji, yang memperparah tekanan dalam pekerjaan yang sudah penuh stres itu. (Graeme Sloan/Bloomberg)

Para petugas tetap bekerja tanpa menerima gaji, yang memperparah tekanan dalam pekerjaan yang sudah penuh stres itu. (Graeme Sloan/Bloomberg)

Absensi di kalangan pengatur lalu lintas udara meningkat seiring berlarutnya penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)

Absensi di kalangan pengatur lalu lintas udara meningkat seiring berlarutnya penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)

Penumpang berjalan di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington (DCA) di Arlington, Virginia, AS, Kamis (6/11/2025). (Graeme Sloan/Bloomberg)
AS akan memangkas kapasitas penerbangan hingga 10% di 40 bandara dengan volume penerbangan tertinggi di seluruh negeri. (Graeme Sloan/Bloomberg)
Langkah ini untuk mengurangi tekanan terhadap pengatur lalu lintas udara saat penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)
FAA terpaksa memperlambat lalu lintas udara di banyak bandara karena kekurangan staf pengatur lalu lintas udara. (Graeme Sloan/Bloomberg)
Para petugas tetap bekerja tanpa menerima gaji, yang memperparah tekanan dalam pekerjaan yang sudah penuh stres itu. (Graeme Sloan/Bloomberg)
Absensi di kalangan pengatur lalu lintas udara meningkat seiring berlarutnya penutupan pemerintahan (government shutdown). (Graeme Sloan/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memangkas kapasitas penerbangan hingga 10% di 40 bandara dengan volume penerbangan tertinggi di seluruh negeri.

Langkah ini diambil untuk mengurangi tekanan terhadap pengatur lalu lintas udara (air traffic controllers) dan sistem penerbangan nasional di tengah penutupan pemerintahan (government shutdown) terpanjang dalam sejarah negara itu.

Menteri Transportasi AS Sean Duffy mengatakan kebijakan tersebut akan mulai berlaku pada Jumat (7/11). Ia menyampaikan hal itu dalam konferensi pers bersama Kepala Federal Aviation Administration (FAA), Bryan Bedford. FAA akan mengumumkan daftar wilayah udara dan bandara yang terdampak pada Kamis (6/11).

Menurut perusahaan analisis data penerbangan Cirium, jika kebijakan ini mencakup 40 bandara terbesar di AS, maka jumlah penerbangan yang terdampak bisa mencapai 1.800 penerbangan.

Duffy menjelaskan bahwa pengurangan penerbangan diperlukan demi menjaga keselamatan transportasi udara. Ia menambahkan, pemangkasan penerbangan internasional belum dibahas. Sementara itu, Bedford mengatakan FAA juga mempertimbangkan untuk membatasi peluncuran roket komersial dalam waktu dekat.

Dalam beberapa hari terakhir, FAA terpaksa memperlambat lalu lintas udara di banyak bandara karena kekurangan staf pengatur lalu lintas udara sejak penutupan pemerintah dimulai pada 1 Oktober. Para petugas tetap bekerja tanpa menerima gaji, yang memperparah tekanan dalam pekerjaan yang sudah penuh stres itu.

Absensi di kalangan pengatur lalu lintas udara meningkat seiring berlarutnya penutupan. Duffy menyebut bahwa dalam kondisi normal, kekurangan staf biasanya menyebabkan sekitar 5% keterlambatan penerbangan, namun dalam sebulan terakhir angka itu sering kali jauh lebih tinggi — bahkan melampaui 50% di beberapa hari tertentu.

(red)