“Kemudian juga pasien dengan gangguan autoimun, penyakit rematik, atau kondisi lain yang menekan daya tahan tubuh. Mereka termasuk kelompok risiko tinggi jika terinfeksi influenza,” tegas dr. Nastiti.
Di sisi lain, Ketua Umum IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, turut mengingatkan para orang tua agar lebih waspada dan memperhatikan kondisi kesehatan anak, terutama yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
Meski disebut “super flu”, dr. Piprim menegaskan bahwa tidak semua kasus akan berujung pada kondisi berat. Namun, pada kelompok rentan, infeksi subclade K tetap berpotensi menimbulkan dampak serius. “Pada anak-anak dengan komorbid, influenza tipe A bisa berdampak jauh lebih berat dibandingkan anak tanpa penyakit penyerta,” tegasnya.
Super flu belakangan menjadi perhatian global setelah dilaporkan menyebabkan lonjakan kasus influenza di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, varian tersebut disebut berkontribusi pada tingginya kasus influenza musiman, termasuk di negara bagian New York yang mencatat lebih dari 71 ribu kasus positif flu dalam satu pekan.
Meski demikian, para ahli menegaskan bahwa istilah “super flu” lebih merujuk pada cepatnya penularan, bukan semata tingkat keparahan penyakit.
(dec/spt)




























