Saham perak jatuh bersama dengan emiten tambang lainnya seiring anjloknya harga emas dan perak dunia. Harga perak sendiri terjun bebas 11%, penurunan harian terbesar sejak September 2020. Di jajaran saham tambang, Coeur Mining Inc turun 4,6%, sementara Newmont Corp merosot 5,6%. Elon Musk sempat menyinggung fenomena ketertarikan investor terhadap logam mulia pada akhir pekan lalu. Menanggapi unggahan media sosial mengenai pembatasan ekspor China, Musk menyatakan: “Ini tidak bagus. Perak sangat dibutuhkan dalam banyak proses industri.” Saham Tesla Inc pun berakhir melemah 3,3%.
Saham energi menjadi salah satu pemenang di tengah lesunya pasar, dengan Devon Energy Corp menguat 1,4% dan Exxon Mobil Corp naik 1,2%. Kenaikan harga minyak dipicu oleh kebuntuan dalam negosiasi yang dipimpin AS untuk mengakhiri perang di Ukraina. Upaya Presiden Donald Trump untuk menyudahi konflik menghadapi komplikasi baru setelah Vladimir Putin menyatakan akan merevisi posisi negosiasi negaranya menyusul klaim serangan drone Ukraina ke kediamannya. Selain itu, China menggelar latihan militer di sekitar Taiwan sebagai unjuk kekuatan setelah AS mengumumkan paket persenjataan terbesar untuk wilayah tersebut.
Dari berita korporasi, perusahaan ekuitas swasta DigitalBridge Group Inc melonjak 9,6% setelah SoftBank Group Corp setuju untuk mengakuisisi investor pusat data tersebut dalam kesepakatan senilai US$4 miliar, termasuk utang. Meski demikian, harga saham tetap diperdagangkan di bawah nilai tunai US$16 per saham yang disepakati SoftBank, seiring penilaian Raymond James yang menyebut valuasi tersebut "kurang memuaskan." Lululemon Athletica Inc naik 1,7% di tengah desakan pendiri Chip Wilson untuk melakukan perubahan pada dewan direksi.
Investor masih bisa berharap pada fenomena “Santa Claus Rally” di sisa beberapa sesi perdagangan tahun ini, menurut Jonathan Krinsky, Kepala Teknisi Pasar di BTIG.
Saham memang sempat turun selama periode tersebut—yang mencakup lima hari perdagangan terakhir tahun ini dan dua hari pertama tahun baru—dalam dua tahun terakhir. Namun, Krinsky mencatat bahwa sejak tahun 1950, pasar belum pernah mengalami penurunan dalam tiga tahun berturut-turut pada periode tersebut.
Para analis di sisi jual (sell-side) pun tampak kompak dalam optimisme mereka. Rata-rata perkiraan akhir tahun untuk S&P 500 mengimplikasikan kenaikan 9% pada tahun 2026. Bahkan, dari 21 pengamat pasar yang disurvei oleh Bloomberg News, tidak ada satu pun yang memprediksi adanya penurunan.
(bbn)






























