Pada November, Pemimpin Toyota, Akio Toyoda mengenakan topi merah MAGA dan kaos bergambar wajah Trump dan Wakil Presiden JD Vance saat menjadi tuan rumah acara promosi NASCAR di Jepang.
Toyoda pertama kali mengusulkan pada mantan Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba pada Mei bahwa produsen mobil AS dapat menjual mobil di Jepang dengan menggunakan jaringan penjualan domestik Toyota. Kesepakatan perdagangan AS-Jepang akhirnya akan mencakup tuntutan agar Jepang "membuka negaranya" untuk mengimpor mobil dari AS.
Produsen mobil Jepang lainnya mungkin akan mengikuti jejak Toyota. Namun, bahkan jika mereka melakukannya, pasar mobil-mobil tersebut kemungkinan akan "sangat terbatas," kata analis otomotif senior Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida.
"Ketiga model yang dibahas ini berukuran besar menurut standar Jepang, dan kemudi kiri tetap menjadi hambatan psikologis dan praktis yang utama bagi kebanyakan konsumen," jelasnya. "Memproduksi versi kemudi kanan di AS untuk pasar Jepang dapat membuka permintaan, tetapi bahkan dalam hal itu, kendala ukuran kendaraan akan membatasi volume."
Baru-baru ini, Trump mengatakan dia sedang membuka jalan bagi mobil ringan "Kei" Asia untuk diproduksi dan dijual di AS. Padahal, ada kekhawatiran bahwa mobil-mobil tersebut terlalu kecil dan lambat untuk dikendarai dengan aman di jalan-jalan AS.
Mobil besar bukanlah produk terlaris di Jepang karena jalan dan tempat parkir di negara tersebut terkenal sempit, yang merupakan salah satu alasan mengapa mobil di sana cenderung lebih kecil daripada di AS.
Oktober lalu, pejabat Toyota mengatakan perusahaan sedang bekerja sama dengan pemerintah untuk meneliti bagaimana melonggarkan peraturan keselamatan guna memfasilitasi impor kendaraan tersebut. Stasiun televisi nasional NHK melaporkan pada Jumat bahwa pemerintah sedang melanjutkan rencana tersebut.
(bbn)































