Logo Bloomberg Technoz

Dengan penguatan peran TIF sebagai entitas khusus pengelola bisnis wholesale fiber, Telkom berharap dapat meningkatkan daya saing di pasar domestik dengan valuasi di atas Rp100 triliun.

“Harapannya kalau kita bisa drive minimum 25% untuk mencapai valuasi tadi di atas Rp 100 triliun tentunya kalau harapan dan ekspektasi kita lebih dari itu,” tuturnya.

Adapun, aset InfraNexia usai spin-off mencapai Rp35 triliun di tahap 1. Ke depan, spin-off ditargetkan hingga 99,99% atau sekitar Rp90 triliun.

Meski memiliki aset yang terbilang besar, Telkom sendiri belum berencana membawa InfraNexia initial public offering (IPO) di pasar modal.

Direktur Utama Telkom Indonesia Dian Siswarini mengatakan perseroan belum mengambil keputusan terkait rencana tersebut.

Adapun anak usaha Telkom Indonesia yang terakhir IPO adalah PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel pada November 2021 lalu.

“Jadi kalau saat ini kami belum mengambil keputusan terkait rencana ya membawa InfraNexia ini ke pasar melalui mekanisme IPO,” kata Dian.

Meski begitu, Dian tak menutup kemungkinan melakukan IPO untuk anak usaha tersebut. Akan tetapi, kemungkinan tersebut dapat dilakukan jika proses spin off rampung dilaksanakan.

“Opsi masih terbuka ya, baik itu IPO maupun menggandeng mitra strategis. Karena prioritas saat ini masih memastikan bahwa InfraNexia bisa menjadi integritas fiberco yang mumpuni,” kata dia.

(rtd/naw)

No more pages