Sebagian besar ekspor Urals Rusia yang dimuat dari pelabuhan-pelabuhan di bagian barat negara tersebut biasanya dikirim ke India.
Kilang-kilang China bukanlah pembeli utama karena mereka lebih menyukai minyak mentah dari Timur Jauh Rusia, yang kandungan dieselnya lebih tinggi dan jaraknya juga jauh lebih dekat.
Peningkatan pengawasan AS terhadap aliran minyak Rusia ke India, serta sanksi terhadap produsen besar seperti Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, dalam beberapa pekan terakhir mendorong para penjual Urals untuk mencari pembeli lain di seluruh Asia Timur.
Impor minyak Rusia oleh India diperkirakan turun menjadi 800.000 barel per hari bulan ini, menurut pejabat setempat, dibandingkan dengan puncaknya sebesar 2 juta barel per hari pada Juni.
Terdapat “volume Urals yang cukup besar yang sedang mencari tujuan,” karena pembeli India seperti Reliance Industries Ltd. memilih menepi, kata Muyu Xu, analis minyak mentah senior di Kpler.
Para penjual Rusia telah memangkas harga Urals ke China hingga ke level yang bahkan lebih rendah dibandingkan minyak Iran, sehingga menarik minat kuat dari kilang-kilang di Shandong, ujarnya.
Pada tahap ini, belum jelas apakah kargo Urals yang menumpuk di lepas pantai China tersebut telah terjual atau masih dalam proses pemasaran.
Kapal tanker dapat menempuh perjalanan panjang dari Rusia bagian barat tanpa terlebih dahulu mengamankan pembeli.
China menjadi tujuan alternatif yang paling jelas bagi minyak mentah tersebut, namun Indonesia yang memiliki kapasitas penyimpanan darat juga merupakan pasar potensial lainnya.
(bbn)































