Logo Bloomberg Technoz

The Fed kemungkinan tidak akan memberikan bobot besar pada data tersebut mengingat gangguan yang terjadi, menurut Kay Haigh dari Goldman Sachs Asset Management.

“Laporan tenaga kerja Desember, yang dirilis pada awal Januari sebelum pertemuan berikutnya, kemungkinan akan menjadi indikator yang jauh lebih berarti bagi The Fed,” catat Haigh.

Meskipun data tenaga kerja menjadi “hadiah” bagi mereka yang mengharapkan The Fed mengikuti kebijakan moneter longgar pada 2026, tidak ada indikasi bahwa perekonomian secara keseluruhan terganggu, kata Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management.

Data menunjukkan penjualan ritel AS relatif stabil pada Oktober, karena peningkatan belanja di beberapa kategori teredam oleh penurunan di dealer kendaraan bermotor.

Indeks S&P 500 turun 0,2% meskipun sebagian besar saham teknologi besar mengalami kenaikan. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun turun dua basis poin menjadi 4,15%. Dolar AS relatif stabil. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun ke sekitar US$55/barel.

Saham Melemah Setelah Hasil Data Ketenagakerjaan yang Beragam: Ringkasan Pasar (Bloomberg)

Di Glenmede, Jason Pride menyarakan kepada investor sebaiknya tidak terlalu menginterpretasikan sinyal dari “laporan ketenagakerjaan yang sangat berisik.”

“Laporan hari ini kemungkinan memperkuat argumen untuk pelonggaran kebijkan moneter lanjutan,“ terang dia. ”Namun, setelah melakukan tiga pemotongan suku bunga pada akhir 2025, kemungkinan Fed akan membutuhkan beberapa bulan untuk menganalisis data yang masuk sebelum memutuskan langkah selanjutnya.”

Laporan data pekerja hari ini tidak mengubah pandangan para pejabat The Fed secara umum, menurut Oscar Munoz dan Gennadiy Goldberg dari TD Securities. 

“Peluang terbesar, The Fed akan mengabaikan data pekerjaan Oktober/November dan menunggu untuk melakukan penilaian yang lebih terinformasi berdasarkan laporan Desember yang lebih bisa diandalkan,” kata mereka.

Bank sentral AS menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam pertemuan pekan lalu guna mendukung pasar tenaga kerja yang menurut Guberner Fed Jerome Powell sedang “berangsur-angsur melambat” dengan risiko perlambatan yang “signifikan”. Tak cukup sampai di situ, pendapat pejabat Fed tetap terbelah pendapat mengenai apakah pemotongan suku bunga lebih lanjut diperlukan tahun depan.

“Kami melihat laporan tenaga kerja gabungan Oktober dan November secara optimis daripada pesimistis, dan yang lebih penting, kami yakin The Fed juga akan demikian,” kata Krishna Guha dari Evercore. “Secara spesifik, kami tidak berpikir laporan ini cukup lemah untuk memicu pemotongan suku bunga lagi dalam waktu dekat.”

Guha menegaskan bahwa ia tidak memperkirakan pemotongan suku bunga lain dalam proyeksinya hingga Juni. 

“Sampaisaat itu, Powell dan timnya akan bertindak pragmatis, tetapi lebih bergantung pada data secara konvensional,” katanya. “Dan data harus menunjukkan hasil yang jauh lebih buruk dari perkiraan untuk memicu pemotongan suku bunga lain.”

Saham Melemah Setelah Hasil Data Ketenagakerjaan yang Beragam: Ringkasan Pasar (Bloomberg)

“Kami setuju dengan pasar bahwa aliran data hari ini tidak memberikan gambaran jelas,” kata sekelompok ekonom dan strategis Bank of America Corp. dalam sebuah catatan. “Setiap data, baik yang hawkish maupun dovish, memiliki catatan kaki. Secara keseluruhan, kami berpendapat The Fed berada dalam posisi yang baik untuk menunggu data Desember sebelum mengambil keputusan kebijakan.”

Michael Feroli mewakili JPMorgan Chase & Co. mengatakan, data survei rumah tangga November lebih rentan terhadap interpretasi skeptis, tetapi kenaikan berkelanjutan tingkat pengangguran tetap menjadi penyebab kekhawatiran ringan. 

“Kami tetap meyakini bahwa kekhawatiran ini akan mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga sekali lagi pada Januari, meskipun keputusan tersebut akan dipengaruhi oleh apakah laporan tenaga kerja Desember yang lebih baik menunjukkan adanya kelonggaran pasar tenaga kerja yang semakin besar,” tutur dia.

Data lapangan kerjatersebut pada dasarnya merupakan gambaran campuran tentang kondisi pasar tenaga kerja yang tidak mengalami penurunan drastis maupun pemulihan momentum – sebuah posisi tengah, namun masih jauh dari hasil “tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin” yang ideal, menurut Jim Baird dari Plante Moran Financial Advisors.

“Prospek mendasar kami tidak berubah dan kemungkinan besar tidak akan berubah bagi Federal Reserve,” kata Tiffany Wilding dari Pacific Investment Management Co. “Ekonomi dengan pertumbuhan yang tangguh (meskipun ada guncangan kebijakan) dan pasar tenaga kerja yang stabil akan menerima stimulus baru, yang akan diprioritaskan pada paruh pertama 2026.”

Saham Melemah Setelah Hasil Data Ketenagakerjaan yang Beragam: Ringkasan Pasar (Bloomberg)

“Data tenaga kerja terbaru tidak terlalu mengguncang pasar,” kata Ryan Detrick dari Carson Group. “Kami mengasumsikan pasar tenaga kerja sedang melemah. Namun, ada sesuatu untuk semua orang di sana, karena data pekerjaan November lebih baik dari perkiraan, yang bisa menjadi petunjuk bahwa kelemahan pasca musim panas sedang berakhir.”

Detrick menegaskan: ini terus memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk mengambil sikap dovish pada 2026. 

“Ada data, tapi tidak ada kejelasan, dan situasi ini konsisten dengan kemungkinan The Fed menunda kenaikan suku bunga pada Januari,” kata Don Rissmiller dari Strategas.

Data ini sendiri tidak seharusnya secara signifikan mengubah ekspektasi terhadap jalur pemotongan suku bunga The Fed, dan juga tidak cukup rendah untuk menciptakan tekanan baru terhadap aset berisiko, menurut Adam Hetts dari Janus Henderson Investors.

“Tingkat pengangguran yang lebih tinggi mungkin terlihat dovish untuk suku bunga,” kata David Russell dari TradeStation. “Namun, hal ini disebabkan oleh pemotongan pekerjaan oleh pemerintah dan bukan kelemahan dalam ekonomi siklikal. Data ini tidak banyak mengubah situasi setelah tiga kali pemotongan, terutama karena pembuat kebijakan tahu stimulus akan datang.”

Para trader tetap pada prediksi mereka bahwa The Fed akan melakukan dua pemotongan suku bunga sebesar 0,25% tahun depan, satu kali lebih banyak dari perkiraan median pejabat The Fed.

Saham Melemah Setelah Hasil Data Ketenagakerjaan yang Beragam: Ringkasan Pasar (Bloomberg)

Tema konsolidasi di pasar obligasi berhasil bertahan meskipun ada rilis data penting, kata Ian Lyngen dari BMO Capital Markets.

“Tidak hanya rentang harga berhasil bertahan, pergerakan harga itu sendiri cukup fluktuatif, dengan Treasuries awalnya naik, lalu melemah tajam, dan akhirnya menguat dengan imbal hasil sedikit lebih rendah pada hari itu,” tutur dia. “Ungkapan  ‘ini tidak mengubah apa pun’ segera terlintas di benak saat kita mempertimbangkan implikasi kebijakan moneter ke depan.”

“Data hari ini menggambarkan perekonomian yang sedang ‘menarik napas’ sejenak,” kata Gina Bolvin dari Bolvin Wealth Management Group. “Pertumbuhan lapangan kerja masih bertahan, tetapi retakan mulai muncul. Konsumen masih bertahan, tetapi tidak berlari kencang.”

Perpaduan ini memberi The Fed lebih banyak kebebasan untuk berubah tanpa harus panik — dan memberi investor alasan untuk fokus pada kualitas, pendapatan, dan tema jangka panjang daripada kebisingan jangka pendek, kata Bolvin. 

“Kita memasuki lingkungan pasar di mana selektivitas lebih penting dari sebelumnya,” katanya.  

Bret Kenwell dari eToro mengatakan investor tidak seharusnya bergembira atas penurunan signifikan di pasar tenaga kerja, yang akan berdampak langsung pada ekonomi dan laba korporasi.  

“Jika kita melihat kekuatan konsumen yang berkelanjutan dan pasar tenaga kerja yang stabil pada 2026, ini bisa menjadi tahun yang kuat lagi bagi saham AS,” katanya.

“Pandangan kami tetap bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada kuartal pertama tahun depan, menciptakan latar belakang yang menguntungkan bagi aset berisiko,” kata Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management. “Namun, dengan volatilitas yang kemungkinan meningkat saat pasar menilai data baru, kami menyarankan investor untuk kembali meninjau prinsip-prinsip dasar dalam membangun portofolio yang tangguh.”

Manajer investasi diprediksi akan menyambut tahun baru dengan keyakinan yang kuat terhadap berbagai hal, mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga saham dan komoditas, menurut survei bulanan Bank of America (BoA).

Strategis Michael Hartnett mengatakan tingkat optimisme ini hanya terjadi delapan kali sepanjang abad ini. Namun, survei menunjukkan masih ada kekhawatiran yang tersisa terkait valuasi teknologi AS, dengan bubble AI masih dianggap sebagai risiko terbesar.

Sementara itu, pesan dari analis sell-side adalah bahwa masih ada ruang untuk pertumbuhan bagi korporasi AS.

Target harga bottom-up yang dikumpulkan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pendapatan di S&P 500 akan meningkat setiap tahun hingga 2027, menurut data yang dikompilasi oleh Jefferies. Hal ini akan berarti tiga tahun berturut-turut pertumbuhan laba dua digit.

(bbn)

No more pages