Logo Bloomberg Technoz

Rata-rata produksi mencapai 500 kilogram (kg) minyak nilam per minggu, yang sebagian besar diserap industri ekspor sebagai bahan baku parfum dan farmasi, terutama ke Amerika Serikat. Namun, Jeje bilang tingginya permintaan ekspor minyak nilam mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk turunan sendiri.

“Nilam ini unsur utama minyak parfum dunia. Sekitar 85 persen pasokan berasal dari Indonesia, dan salah satu unggulan Jawa Barat juga nilam,” kata Jejen.

Pengembangan di sektor hilir dilakukan melalui KALDO, brand produk jadi yang mengolah minyak atsiri dari Asta Nusa Warna menjadi produk siap pakai. Founder KALDO, Catarina yang juga istri Jejen, menjelaskan KALDO mulai berdiri pada Oktober 2022.

“KALDO itu dari hulu ke hilir. Bahan bakunya dari Asta Nusa Warna, lalu kami olah menjadi produk konsumen,” ujarnya.

Octarina, Founder KALDO. (Fotografer: Sultan Ibnu/Bloomberg Technoz)

KALDO memiliki lima kategori produk, mulai dari natural blended essential oil, diffuser oil, parfum, hand soap, hingga collagen hand soap. Beberapa pengembangan produk juga lahir dari masukan pihak hotel yang menginginkan varian pengharum ruangan dan parfum, meski aroma tetap dikunci pada empat karakter utama.

Untuk pemasaran, KALDO saat ini menyasar segmen hotel. Dalam skema tersebut, KALDO hanya menempatkan produk, sementara booth dan tenaga penjual (SPG) disiapkan oleh Koperasi Pemasaran Tlatah Nusantara Raya. “Kalau di hotel, kami tinggal masukin produk. Booth dan SPG sudah difasilitasi koperasi,” kata Catarina.

Meski bahan bakunya telah menembus pasar ekspor, KALDO masih memasarkan produk jadinya secara terbatas. Hal ini seiring dengan proses perizinan, termasuk BPOM, yang masih berjalan.

Penjualan produk jadi KALDO saat ini berkisar 150-250 unit per bulan, dengan produk yang paling banyak diminati adalah diffuser oil, parfum, dan minyak angin hijau. Pemasaran lebih banyak mengandalkan pengalaman langsung konsumen dan testimoni, terutama dari tamu hotel.

Dari sisi permodalan, KALDO dan Asta Nusa Warna mengandalkan skema bootstrapping, tanpa pinjaman bank. Saat ini, KALDO mempekerjakan lima karyawan tetap dan dapat menyerap hingga 20-30 tenaga kerja tambahan saat pesanan meningkat.

Ke depan, baik Asta Nusa Warna maupun KALDO berharap pendampingan yang diterima dapat memperkuat kapasitas usaha, melengkapi perizinan, dan membuka peluang pasar yang lebih luas. “Persaingannya memang sulit, tapi peluang tetap ada. Yang penting kami terus belajar dan mengembangkan produk,” kata Jejen.

Tlatah Nusantara Pastikan Standarisasi Produk UMKM

Founder Koperasi Pemasaran Tlatah Nusantara Raya, Agus Riki mengatakan, seluruh UMKM yang tergabung, termasuk Jarihitam Ecoprint dan KALDO, telah dibekali standarisasi khusus agar produk yang dihasilkan layak masuk ke jaringan hotel. Standar tersebut mencakup kualitas produk hingga penyesuaian dengan kebutuhan pasar hotel.

"Secara standarisasi UMKM ini, alhamdulillah semuanya sudah memiliki standar khusus seperti apa produk yang bisa masuk di sebuah hotel. Karena itu, kami juga memberikan pendampingan khusus kepada teman-teman UMKM agar bisa mengikuti kebutuhan hotel," ujar Riki.

Pendampingan dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari proses produksi hingga penyesuaian produk agar selaras dengan karakter dan kebutuhan masing-masing hotel. Langkah ini menjadi strategi untuk memperluas akses pasar UMKM, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional.

Keberadaan produk UMKM di butik-butik hotel diharapkan mampu membuka peluang bertemu dengan pembeli dari luar Kota Bandung. Riki optimistis, jalur ini dapat mendatangkan purchase order dalam jumlah besar dari buyer luar daerah.

"Harapannya, dari butik hotel ini kita bisa mendapatkan buyer-buyer dari luar Bandung dengan purchase order yang banyak. Dampaknya tentu akan sangat besar bagi teman-teman UMKM agar terus berproduksi dan mendapatkan pesanan berkelanjutan,” kata Riki.

Melalui strategi tersebut, Koperasi Pemasaran Tlatah Nusantara Raya menargetkan UMKM binaannya mampu naik kelas, memiliki pasar yang lebih luas, serta berkontribusi lebih besar terhadap penguatan ekonomi daerah.

IFG Ungkap Peran UMKM dalam Menghidupkan Rantai Ekonomi

Keterlibatan Jasa Raharja dalam pemberdayaan UMKM tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari strategi besar IFG, sebagai holding BUMN asuransi, penjaminan, dan investasi, yang memandang UMKM sebagai fondasi penting pertumbuhan ekonomi nasional.

Melalui keterlibatan anak usaha seperti Jasa Raharja dalam program pemberdayaan, IFG ingin mendorong UMKM naik kelas sekaligus memperkuat mata rantai ekonomi dari hulu ke hilir.

Sekretaris Perusahaan Indonesia Financial Group (IFG), Denny S Adji mengatakan di balik aktivitas usaha yang tampak sederhana, tersimpan ekosistem ekonomi yang menghidupkan banyak pihak.

Pada satu unit usaha UMKM ada mata rantai panjang yang saling terhubung, mulai dari petani, pemasok bahan baku, hingga pelaku usaha pendukung lain.

Seperti halnya ekosistem usaha aroma terapi yang melibatkan banyak pelaku, mulai dari petani bahan baku, pengrajin, hingga sektor angkutan yang memastikan pasokan sampai ke tempat produksi.

"Usahanya mungkin kecil, di tengah kota, tapi di balik itu banyak yang dihidupkan dari usaha seperti ini. Coba lihat kapulaga, petaninya beda dengan yang menyuplai akar wangi, beda lagi dengan yang menyuplai vanila. Semuanya punya ekosistem sendiri,” ujarnya.

Ekosistem serupa juga terlihat pada Jarihitam Ecoprint, dari dedaunan dan proses manual, usaha ini tidak hanya melibatkan pengrajin dan penjahit, tetapi juga masyarakat sekitar sebagai penyedia bahan dan mitra produksi. Dari proses yang tampak sederhana itu, produk Jarihitam justru mampu menembus pasar ekspor hingga Rusia.

“Siapa yang menyangka dia bisa ekspor sampai Rusia. Awalnya pembeli Rusia kenalnya dari produk sepatu, lalu berkembang. Barang yang dia jual dari sini mungkin cuma kain, tapi di Rusia bisa dijadikan baju, bikini, yang nilainya berlipat-lipat,” kata Denny.

Menurut Denny, UMKM tidak seharusnya dinilai hanya dari besaran omzet atau akses pembiayaan perbankan. Ukuran keberhasilan justru terletak pada efek berantai atau trickle down effect yang dihasilkan dari pergerakan usaha tersebut.

“Jangan cuma tanya omzet atau pinjam bank atau enggak. Dari pergerakan usaha itu, ekosistemnya hidup. Itulah ekonomi. Itulah jalan pengusaha mikro dan retail yang berhasil."

(ibn/del)

No more pages