Logo Bloomberg Technoz

Pemimpin China mengurangi perjalanan internasionalnya secara signifikan sejak pandemi, kecuali untuk KTT besar yang diselingi pertemuan-pertemuan penting, seperti yang dia lakukan dengan Trump di Korea Selatan bulan lalu sebelum KTT APEC.

Donald Trump dan Xi Jinping berjabat tangan saat meninggalkan Busan setelah pertemuan mereka. (Andrew Harnik/Getty Images via Bloomberg)

Sebaliknya, dia menjalankan yang Beijing sebut sebagai "diplomasi kandang." Dia menjamu Putin, PM India Narendra Modi, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un awal tahun ini, seiring pemimpin China itu berusaha mempererat hubungan dengan negara-negara regional di tengah semakin sengitnya persaingan dengan AS. 

Xi mengunjungi Afrika Selatan pada tahun 2023 untuk menghadiri KTT BRICS, dan menjamu pemimpin-pemimpin Afrika di Beijing tahun lalu.

Pemimpin G-20 lainnya, termasuk Javier Milei dari Argentina dan Claudia Sheinbaum dari Meksiko, juga tidak akan menyambangi Afrika Selatan. Namun, beberapa pemimpin Eropa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan hadir.

Scott Kennedy, penasihat senior Center for Strategic and International Studies di Washington, menilai ketidakhadiran Xi tidak menunjukkan penurunan pentingnya agenda tersebut bagi Beijing.

"Saya tidak melihat adanya penurunan dalam pandangan mereka bahwa lembaga-lembaga tata kelola global tersebut merupakan sarana penting bagi China untuk menyampaikan pesannya," paparnya.

Dalam konferensi pers rutin pada Kamis, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian menegaskan pertemuan di Johannesburg "memiliki makna sejarah yang signifikan" karena ini merupakan KTT G-20 pertama di benua Afrika dan menyatakan dukungannya pada Afrika Selatan sebagai tuan rumah.

Li, pejabat nomor 2 China, mewakili Xi di berbagai acara internasional besar lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Dia menggantikan Xi di KTT G-20 India pada 2023 dan pertemuan pemimpin BRICS di Brasil pada Juli.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Presiden China Xi Jinping. (Bloomberg)

Pada Rabu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengabaikan dampak ketidakhadiran Trump.

"Pengalaman saya di dunia politik menunjukkan bahwa boikot tidak pernah benar-benar berhasil—boikot justru memiliki efek yang sangat bertentangan," ujarnya kepada stasiun televisi lokal eNCA.

"KTT G-20 akan tetap berlangsung—semua kepala negara lain akan hadir di sini, dan, pada akhirnya, kami akan mengambil keputusan fundamental. Ketidakhadiran mereka merupakan kerugian mereka."

Pejabat Afrika Selatan secara pribadi memandang ketidakhadiran AS dapat memudahkan untuk mencapai kesepakatan deklarasi, yang akan mereka umumkan sebagai indikator kesuksesan presidensi G-20 negara tersebut sebelum menyerahkan tongkat estafet kepada Washington pada Desember.

(bbn)

No more pages