Chen didakwa oleh AS atas keterlibatannya dalam konspirasi penipuan daring dan operasi pencucian uang pada Oktober. Pemerintah AS menolak untuk mengungkap kapan atau bagaimana Bitcoin tersebut disita.
"Pemerintah AS mungkin telah menggunakan teknik peretasan sejak 2020 untuk mencuri 127.000 Bitcoin yang dimiliki Chen Zhi," tulis laporan tersebut. "Ini merupakan operasi klasik 'black eats black' yang dirancang oleh organisasi peretas tingkat negara."
Jaksa federal dalam kasus Chen menolak berkomentar tentang bagaimana mereka memperoleh kendali atas Bitcoin tersebut, setelah Departemen Kehakiman mengajukan gugatan penyitaan 127.271 Bitcoin tersebut, menjadikannya penyitaan barang terbesar oleh AS.
Pemerintah China baru-baru ini semakin vokal menuduh pemerintah AS melakukan upaya peretasan. Awal tahun ini, China menuding AS memanfaatkan celah keamanan di server Microsoft Exchange untuk menyerang perusahaan-perusahaan China.
Bulan lalu, pemerintah China mengklaim memiliki "bukti tak terbantahkan" tentang serangan siber AS terhadap Pusat Layanan Waktu Nasional China. Tudingan China cenderung luas dan kurang detail forensik yang terkadang disertakan saat AS menuduh musuh asing melakukan peretasan.
Pada Senin, kuasa hukum Chen mengajukan surat ke pengadilan AS pekan ini untuk meminta waktu tambahan agar Chen bisa melacak Bitcoin yang dicuri dari LuBian. Dalam suratnya, pengacara Matthew L Schwartz juga menyebut tuduhan pemerintah terhadap Chen "sangat keliru." Saat dakwaan dibuka bulan lalu, jaksa penuntut mengatakan Chen tidak ditahan AS.
"Seperti yang kami jelaskan dalam pengajuan kami ke Pengadilan, kami bekerja sama erat dengan para ahli kripto untuk melacak Bitcoin yang disita pemerintah lebih dari setahun yang lalu, dan yang dicuri pada 2020," jelas Schwartz, Ketua Boies Schiller Flexner sekaligus penasihat hukum Chen dan Prince Group, dalam pernyataannya kepada Bloomberg.
Perwakilan Departemen Kehakiman AS dan Kedutaan Besar China di Washington belum membalas permintaan untuk mengomentari laporan ini.
(bbn)
