Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, SKK Migas meminta Pertamina dan Sinopec segera menyusun rencana pengembangan atau plan of development (PoD) EOR skala penuh untuk Lapangan Tanjung dengan target onstream pada 2030-2031.

“Sedangkan untuk CNPC dan CNOOC masih mencari potensi lapangan lainnya untuk dikerjasamakan,” kata Heru saat dikonfirmasi, Jumat (7/11/2025).

Penjajakan kerja sama EOR itu menjadi tindaklanjut dari pertemuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dengan pimpinan perusahaan migas China pada ajang Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-7 di Bali, September 2024. 

Lewat kerangka ICEF, pemerintah menawarkan sejumlah peluang investasi kepada perusahaan energi China, khususnya pada sektor hulu migas.

Saat itu, Kementerian ESDM memberi konsesi pengelolaan wilayah kerja (WK) Melati kepada Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Sinopec International Energy Investment Holdings Limited dan Kufpec Regional Ventures Limited.

Pemerintah turut mengajak perusahaan migas China untuk masuk pada proyek EOR dengan teknologi kimia atau chemical EOR berkongsi dengan Pertamina. Pemerintah menilai China memiliki teknologi yang mutakhir untuk mengerjakan pengurasan minyak tahap lanjut ini.

Apalagi, otoritas hulu migas menargetkan, eksplorasi minyak tahap lanjut itu bakal menyumbang lifting besar sepanjang 2030-2040.

Menurut hitung-hitungan SKK Migas, proyek chemical EOR skala besar bakal masuk ke neraca lifting pada 2030 sekitar 200.000 barel minyak per hari (bph). Nantinya, lifting minyak dari proyek chemical EOR diharapkan lompat dua kali lipat pada akhir 2040 dalam skenario optimis.

“Target onstream injeksi pada tahun 2030-2031, diharapkan kontribusi produksi chemical EOR dapat masuk ke lifting nasional pada tahun tersebut,” kata Heru.

Perkiraan produksi minyak skenario menengah dan agresif dalam ribu barel per hari. (SKK Migas).

Di sisi lain, Heru memperkirakan, tingkat perolehan minyak atau recovery factor dari proyek chemical EOR berada di level 5%-20%. “Perkiraan besaran recovery factor masih dalam tahap kajian, tergantung jenis chemical yang digunakan,” kata dia.

Teknologi EOR merupakan metode pengurasan minyak tingkat lanjut dengan menginjeksikan zat yang berasal dari luar reservoir, seperti bahan kimia, energi mekanis, atau termal.

Sementara itu, chemical EOR merujuk pada metode pengurasan minyak dengan menginjeksikan bahan kimia seperti polimer, surfaktan dan kombinasi alkali-surfaktan-polimer (ASP).

Teknologi ini bekerja, salah satunya dengan menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air serta meningkatkan mobilitas minyak. Dengan demikian, minyak bisa mengalir lebih mudah ke sumur produksi.

Pendekatan kuras minyak itu belakangan didorong pemerintah untuk mengatasi metode angkut minyak konvensional seperti infill drilling dan waterflood yang dianggap terbatas pada lapangan tua saat ini.

Apalagi, menurut hitung-hitungan Kementerian ESDM, tingkat perolehan minyak lapangan migas di Indonesia saat ini susut ke level 33%. Adopsi chemical EOR skala besar diharapkan dapat mengerek tingkat perolehan minyak lewat dari 50%.

Peluang EOR 

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendorong peningkatan lifting minyak lewat pendekatan chemical EOR bisa diadopsi pada skala yang lebih besar.

“Strategi kita sekarang adalah bagaimana meningkatkan lifting dengan mengoptimalkan sumur-sumur tua yang ada, [dengan] teknologi EOR,” kata Bahlil di Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2025, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Bahlil menambahkan pendekatan EOR itu diharapkan dapat mengatasi tren penurunan produksi migas alamiah atau natural decline di sejumlah sumur tua saat ini.

“Kita harus bekerja keras penurunan alamiah itu 10%-15%, kita harus pertahankan lifting, kemudian kita naikan,” kata Bahlil.

Belakangan pemerintah menaruh perhatian pada 17 lapangan potensial untuk penerapan EOR skala besar dengan pendekatan chemical, CO2 dan steamflood.

Menurut hitung-hitungan SKK Migas, 17 lapangan itu memiilki potensi perolehan sumber daya mencapai 1,12 miliar standar barel tangki minyak (BSTB).

Sebagian besar potensi sumber daya itu berasal dari rencana pengembangan chemical EOR di Lapangan Minas, Blok Rokan dengan estimasi mencapai 514,2 juta standar barel tangki minyak (MMSTB).

(Dok. PHE)

Rencananya, teknologi kimia yang akan dipakai pada Lapangan Minas menggunakan kombinasi ASP, dengat target pengembangan Area-A sampai Area-F.

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) saat ini menggarap Area-A dan Area-D, dengan target injeksi pada akhir tahun ini. Belakangan, Kementerian ESDM mendorong keterlibatan anak usaha CNPC, PetroChina pada Area-F Lapangan Minas.

“Untuk Minas Chemical EOR masih sesuai rencana, melaksanakan sendiri dengan menggunakan chemical olahan dalam negeri, PHR24,” kata Corporate Secretary PHR Regional 1 Sumatra Eviyanti Rofraida saat dihubungi.

Pengembangan awal Area-A bakal mengerek kapasitas lifting Blok Rokan sebesar 3.000 barel minyak per hari (bopd). Adapun, lifting puncak proyek dengan nilai investasi Rp1,48 triliun itu akan mencapai 2.800 bopd pada Juni 2026.

PHR turut mengembangkan steamflood pada Lapangan Rantaubais dengan estimasi perolehan 42,4 MMSTB dan Duri ring dengan estimasi 65,7 MMSTB.

Selain itu, Pertamina EP turut mendorong chemical EOR pada Lapangan Rantau, Lapangan Tanjung dan Lapangan Limau. Portofolio Pertamina EP itu memiliki potensi gabungan 134 MMSTB.

Adapun, PHE OSES dan PHE ONWJ mendorong Lapangan Rama, Lapangan E-main dan Lapangan Zulu dengan potensi perolehan keseluruhan mencapai 86,2 MMSTB.

Sementara itu, Pertamina Hulu Mahakam tengah mengerjakan chemical EOR dengan bahan surfaktan polimer untuk Lapangan Handil. Estimasi perolehan sumber daya lapangan ini mencapai 64,6 MMSTB.

Potensi chemical EOR lainnya tersebar pada Lapangan Pedada, Melibur dan Walio dengan estimasi perolehan 78,6 MMSTB.

Di sisi lain, potensi injeksi CO2 tersebar pada Lapangan Gemah, Ramba, Jatibarang dan Sukowati dengan estimasi perolehan mencapai 172,5 MMSTB.

Kongsi dengan China 

Belakangan, PHE menandatangani joint study agreement (JSA) dengan Sinopec Energy Investment (HK) Holding Limited untuk studi pengembangan chemical EOR di Lapangan Tanjung.

Studi teknis chemical EOR Lapangan Tanjung saat ini meliputi kajian laboratorium, pemodelan reservoir serta penyusunan rencana implementasi teknologi.

Kongsi Pertamina dan Sinopec menargetkan uji coba lapangan dikejar tahun depan, sebagai tahap awal menuju pengembangan penuh.

“Kami sangat menghargai keterbukaan Pertamina dalam mengeksplorasi pendekatan dan model bisnis baru demi keberhasilan proyek ini,” kata Senior Executive Vice President Sinopec Zhao Xuan saat penandatanganan JSA di Jakarta, 29 Mei 2025.

Tempat penyimpanan minyak Sinopec di Hong Kong./Bloomberg-Lam Yik

Selain itu, PT Pertamina (Persero) turut menggandeng Daqing Oilfield Co., Ltd, afiliasi CNPC, untuk mendorong pengembangan chemical EOR di sejumlah lapangan perseroan, termasuk Lapangan Minas Blok Rokan.

Nota saling pengertian atau Memorandum of Understanding (MoU) diteken kedua perusahaan di Jakarta pada 14 Oktober 2025. Nota awal kerja sama itu berlaku lima tahun.

“Kami percaya teknologi Daqing sangat sesuai dengan kebutuhan pengembangan minyak di Indonesia,” kata VP of Daqing Oilfield Co., Ltd., CNPC Fang Jungling saat penandatanganan MoU.

Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Tutuka Ariadji menilai positif upaya kerja sama pengembangan chemical EOR dengan sejumlah perusahaan China tersebut.

Tutuka berpendapat China memiliki teknologi relatif kompetitif dengan biaya rendah. Apalagi, kata Tutuka, beberapa teknologi yang dikembangkan rekanan Pertamina itu telah berhasil mengerek tingkat perolehan minyak di aset tua mereka.

“Produk teknologi chemical EOR China mempunyai daya saing yang sangat tinggi karena lebih murah dan memiliki pengalaman keberhasilan,” kata Tutuka saat dihubungi, Jumat (7/11/2025).

Di sisi lain, Dewan Penasihat Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo mengatakan kandidat lapangan yang tersebar bakal menjadi tantangan lain untuk pengembangan chemical EOR di Indonesia.

Situasi itu, kata Hadi, cenderung membuat tingkat pengembalian investasi proyek tidak menarik.

Dengan demikian, dia memperkirakan, kajian kelayakan investasi proyek chemical EOR dengan China bakal membutuhkan waktu relatif lama. “Karena masing-masing lapangan punya karakter yang berbeda-beda,” kata Hadi.

(naw)

No more pages