Logo Bloomberg Technoz

Dia menambahkan investasi proyek pembangkit EBT di dalam negeri cenderung memiliki tingkat pengembalian investasi yang lebih besar lantaran risiko yang ikut menyertai proyek tersebut.

Sementara itu, dia menambahkan, investasi pembangkit EBT di luar negeri cenderung stabil dan kompetitif. Dengan demikian, tingkat keuntungan investasi relatif terukur.

“Tapi tujuan kita ke luar memang tidak hanya sekedar untuk mencari keuntungan, tapi itu sebagai lesson learn untuk membangun kompetensi kita untuk menjadi global player waktu itu,” tuturnya.

Bantuan ADB

Sebelumnya, PLN IP mendapat bantuan pembiayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk menggarap tiga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 300 megawatt (MW).

Dalam proyek tersebut, PLN berencana menggaet mitra dari Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), hingga China.

Bernadus menerangkan masing-masing proyek tersebut memiliki nilai investasi sekitar US$80—US$100 juta. Nantinya, akan terdapat 2 PLTS land base dan 1 PLTS terapung yang akan dibangun.

Terkait dengan komposisi pembiayaan, Bernadus menjelaskan 30% dari biaya pembangunan akan memanfaatkan ekuitas perseroan, sementara 70% di antaranya melalui pinjaman. Akan tetapi, dia belum dapat mengungkapkan besaran dana yang digelontorkan ADB ke proyek tersebut.

“ADB hari ini sudah committed untuk membiayai pendanaan untuk proyek Hijaunesia. Kita itu hari ini yang akan segera mungkin di launching itu di 300MW proyek. Itu di tiga lokasi, dua itu land base, satu itu floating,” kata dia.

Dia mengatakan PLN IP akan berinvestasi bersama dengan mitra asing di proyek tersebut, dengan komposisi kepemilikan saham oleh PLN IP sebesar 51% sedangkan sisanya oleh pihak mitra.

Bernadus mengungkapkan, sejumlah mitra yang digadang-gadang akan bergabung dalam proyek tersebut yakni; Golden Concord Limited (GCL) dari China, Vena Energy dari AS, serta Masdar dan ACWA Power dari Arab Saudi.

(azr/naw)

No more pages