Perselisihan tersebut akhirnya berakhir pada Januari 2020 lewat kesepakatan dagang di mana China berjanji akan membeli lebih dari US$50 miliar produk energi dari AS dalam dua tahun. Namun, pandemi global dan gangguan rantai pasok menyebabkan realisasi pembelian hanya mencapai sekitar sepertiga dari nilai yang dijanjikan.
Meski Trump belum memberikan rincian mengenai proyek energi Alaska yang disebutnya, komentarnya menunjukkan bahwa Washington berupaya menjadikan China sebagai calon pembeli bagi proyek LNG di Alaska yang telah lama tertunda dan menjadi salah satu prioritasnya.
Proyek senilai US$44 miliar itu telah berjuang selama beberapa dekade untuk mendapatkan kontrak jangka panjang dan investasi yang dibutuhkan. Namun, negara-negara yang ingin memperkuat hubungan dengan pemerintahan Trump tampak cepat menangkap peluang tersebut. Pembeli dari Jepang dan Taiwan diketahui telah menandatangani perjanjian awal untuk proyek ini.
Pada 2017, ketika Trump berkunjung ke Beijing, sejumlah entitas China—termasuk perusahaan minyak raksasa milik negara, Sinopec—menandatangani perjanjian pengembangan bersama dengan pemerintah negara bagian Alaska untuk proyek ekspor gas tersebut. Namun, hingga kini proyek itu belum terealisasi.
(bbn)





























