Logo Bloomberg Technoz

Konsensus Bloomberg: Besok, BI Diramal Masih Tahan Bunga Acuan

Ruisa Khoiriyah
21 June 2023 10:30

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia diperkirakan akan kembali menahan bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur yang digelar mulai hari ini dan hasilnya diumumkan esok. Tekanan yang dihadapi rupiah menyusul kembalinya bank sentral Amerika Serikat ke jalur pengetatan akan menjadi perhatian utama petinggi di MH Thamrin dalam memutuskan kebijakan moneter.

Di tengah inflasi domestik yang semakin melandai dan sejauh ini sudah berada di kisaran target bank sentral yaitu 4% dengan inflasi inti pada Mei lalu turun signifikan ke level 2,66%, BI boleh berlega hati karena upaya pengendalian inflasi dengan kebijakan moneter ketat sejak Agustus 2022, telah membuahkan hasil. Akan tetapi, sinyal perlambatan yang mulai terlihat di perekonomian Indonesia di sisi lain memperlihatkan kebutuhan stimulasi lebih lanjut agar lajunya kembali kencang supaya target pertumbuhan tahun ini di kisaran 4,5%-5,3% bisa tercapai.

Hasil konsensus dari 29 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg hingga Rabu hari ini (21/6/2023), menghasilkan suara bulat memperkirakan BI akan kembali menahan bunga acuan yang sudah di level 5,75% sejak Januari lalu. Menahan bunga acuan akan menjadi langkah aman bank sentral sejurus dengan fokus utama BI menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah perlambatan ekonomi domestik yang kian kentara. 

"Kami perkiraan BI7DRR akan dipertahankan di 5,75% sementara langkah berikutnya kemungkinan adalah pengguntingan bunga di mana itu terlalu cepat bila dilakukan sekarang. Perbedaan suku bunga yang semakin sempit akan mengerosi pendukung utama bagi rupiah," kata Tamara M. Henderson, ekonom Bloomberg Economics dikutip Rabu (21/6/2023).

Menurut analis, langkah pengetatan moneter yang ditempuh oleh BI sejak Agustus hingga Januari lalu memang ditujukan untuk mendukung stabilitas nilai tukar. Aliran modal asing ke Indonesia sejauh ini masih relatif kecil dan rapuh dengan risiko pembalikan keluar sejurus dengan tekanan sentimen eksternal.

Selisih Yield Menyempit