Kesepakatan ini memiliki makna historis tersendiri, mengingat Jepang mulai mengurangi ketergantungannya pada pasokan logam tanah jarang dari China hampir 15 tahun lalu. Negeri itu berinvestasi di perusahaan asal Australia, Lynas Rare Earths Ltd, pada 2011 setelah Beijing sempat menutup pasokan karena sengketa wilayah. Menurut keterangan perusahaan, butuh dua tahun untuk memulai produksi percobaan, dan waktu lebih lama lagi untuk mencapai kapasitas produksi yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan bahwa merombak rantai pasok bukanlah proses cepat maupun murah.
“Tujuan dari para peserta adalah membantu kedua negara mencapai ketahanan dan keamanan rantai pasok mineral penting serta logam tanah jarang, termasuk dalam kegiatan penambangan, pemisahan, dan pemrosesan,” bunyi pernyataan dalam perjanjian AS–Jepang tersebut. Dalam waktu enam bulan, kedua negara “bermaksud mengambil langkah-langkah untuk memberikan dukungan finansial bagi proyek-proyek terpilih guna menghasilkan produk akhir yang akan dikirimkan kepada pembeli di Amerika Serikat dan Jepang, serta negara-negara sehaluan lainnya.”
(bbn)
































