Logo Bloomberg Technoz

Saham BRPT mengakhiri penurunannya sesaat setelah sempat kembali melanjutkan penurunan pagi tadi. Hingga sesi I, BRPT menguat 2,12% ke level Rp3.370/saham.

Level itu sejatinya sudah melampaui target harga konsensus Bloomberg, di Rp3.000/saham. Namun dalam konsensus ini, ada Trimegah Sekuritas yang merekomendasikan buy BRPT dengan target harga Rp3.700/saham.

Sehingga jika mengacu pada target harga itu, saham BRPT memiliki potensi kenaikan 9,79%.

Lanjut ke saham BREN. Saham ini masih melanjutkan penurunan dengan ditutup melemah 1,40% sesi I siang ini ke level Rp8,775/saham.

Dalam survey Bloomberg, hanya ada dua perusahaan sekuritas yang memberikan rekomendasi untuk saham BREN, yakni Astronaci dan Sucor Sekuritas. Keduanya merekomendasikan buy.

Astronaci memberikan target harga Rp12.700/saham. Sedang Sucor Sekuritas memberikan target harga Rp19.800 per 3 Oktober kemarin.

Jika mengacu pada target harga terbaru, maka saham BREN memiliki potensi kenaikan hingga 125,64%.

Pembobotan MSCI

Dalam dokumen bertajuk “MSCI Consultation on Free Float Methodology”, MSCI menyebutkan bahwa peninjauan ini bertujuan meningkatkan konsistensi klasifikasi jenis kepemilikan, termasuk saham yang dimiliki oleh perusahaan asuransi, sovereign wealth funds (SWF), serta transaksi sintetis seperti equity total return swaps.

Untuk pasar Indonesia, MSCI juga tengah mengkaji kemungkinan penggunaan laporan komposisi kepemilikan bulanan dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai salah satu referensi tambahan dalam menentukan free float.

Dalam simulasi awal, MSCI menguji dua pendekatan, yaitu pertama, mengklasifikasikan saham yang belum tercatat di KSEI serta kepemilikan korporasi dan kategori “lainnya” sebagai non-free float, dan kedua, hanya memasukkan kepemilikan korporasi serta saham scrip sebagai non-free float.

Berdasarkan hasil simulasi per 30 September 2025, beberapa saham Indonesia tercatat terdampak pada kedua skenario tersebut. Saham Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA) termasuk di antara emiten yang mengalami penyesuaian pada faktor Free Float Inclusion (FIF).

Dalam skenario pertama, MSCI mencatat tingkat one-way turnover untuk indeks Indonesia sebesar 13%, sementara dalam skenario alternatif sebesar 5%.

Perubahan ini mencerminkan potensi pergeseran komposisi bobot sejumlah saham Indonesia dalam indeks MSCI Global Investable Market Indexes (GIMI) jika metodologi baru diterapkan.

MSCI membuka periode konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dengan hasil akhir akan diumumkan pada atau sebelum 30 Januari 2026.

Bila disetujui, perubahan metodologi akan diterapkan dalam satu tahap pada peninjauan indeks MSCI edisi Mei 2026, bersamaan dengan pembaruan Free Float Adjustment Factor Methodology yang telah diumumkan pada 28 Februari 2025.

(dhf)

No more pages