Logo Bloomberg Technoz

Menteri Keuangan AS Scott Bessent telah mendesak China untuk menyeimbangkan kembali ekonominya dan meningkatkan pengeluaran konsumen domestik selama pembicaraan perdagangan terbaru. Beijing tampak mengabaikan seruan tersebut pekan lalu, dengan mengumumkan dokumen kebijakan yang menekankan kemandirian manufaktur dan teknologi sebagai motor penggerak ekonomi China hingga setidaknya tahun 2030.

Kontur kesepakatan China mulai terlihat saat Trump memulai perjalanan sepekan ke Asia dengan menandatangani perjanjian perdagangan dengan Thailand dan Malaysia, mencakup material langka, serta janji untuk melawan dumping dengan Kamboja — semua area yang menjadi sengketa dengan China. Upaya Trump untuk menggalang sekutu Amerika di ‘halaman belakang’ Beijing tampak dirancang untuk membangun pengaruh menjelang pertemuan pertamanya dengan Xi sejak kembali berkuasa.

Donald Trump, Presiden AS saat melayani pertanyaan wartawan. (Bloomberg)

Menekankan pentingnya dialog antar-pemimpin, Trump mengulangi janji kunjungannya ke China dan menyarankan Xi dapat datang ke Washington atau Mar-a-Lago, klub pribadinya di Florida. China akan menjadi tuan rumah Forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik pada 2026, sementara AS akan menggelar KTT Pemimpin G20, memberikan alasan bagi keduanya untuk saling mengunjungi negara masing-masing. 

Sejak Trump menjadikan China sebagai target utama kebijakan perang tarif tertinggi AS sejak 1930-an, hubungan bilateral kedua negara berfluktuasi antara eskalasi saling balas dan pembicaraan ekonomi untuk meredakan ketegangan. 

Partai Komunis Tiongkok melalui media resminya pada Senin mendesak negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia untuk tak lagi terjebak dalam siklus tersebut, dan menyerukan upaya bersama-sama “melindungi pencapaian yang telah diperjuangkan dengan susah payah” dari pembicaraan terbaru mereka. 

Komentar People’s Daily tersebut mendesak AS untuk tetap berpegang pada mekanisme konsultasi yang dipimpin oleh Bessent dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng. Pembatasan ekspor yang diumumkan oleh pejabat AS di luar kerangka kerja tersebut telah mengganggu hubungan beberapa kali, mendorong Beijing untuk menghentikan pasokan logam langka yang kritis bagi manufaktur AS. 

“Kedua belah pihak kini tampaknya fokus utama pada stabilitas,” kata Daniel Kritenbrink, mitra di The Asia Group dan mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, kepada Bloomberg Television. “Namun, tidak ada perubahan mendasar dalam hubungan ini.”

Walau Bessent mengatakan dia yakin China akan menunda pembatasan logam langka terbarunya “selama setahun sambil mereka meninjau ulang” setelah pembicaraan terbaru, gesekan seputar pembatasan ekspor tetap ada. Pejabat China telah menggunakan kendali mereka atas magnet yang dibutuhkan untuk membuat segala sesuatu mulai dari ponsel hingga rudal untuk menentang pembatasan AS terhadap chip canggih. Washington mengatakan langkah-langkah tersebut diperlukan untuk membatasi ambisi militer China.

Namun, hingga saat ini belum jelas bagaimana Beijing akan secara logistik menerapkan pembatasan untuk mengontrol pengiriman global yang mengandung jejak logam langka tertentu dari China, langkah yang juga memicu protes di Eropa. 

Ilustrasi foto lalu lintas perdagangan antar negara. (Bloomberg)

China mengumumkan langkah-langkah terbarunya sebagai balasan atas perluasan daftar sanksi AS yang mencakup ribuan perusahaan China lainnya. Dengan Bessent menyatakan bahwa pencabutan kontrol ekspor AS tidak menjadi opsi, pertanyaan kunci adalah apa yang Xi dapatkan sebagai imbalan atas penundaan ini selain mengurangi ancaman tarif yang lebih tinggi — dan berapa lama penundaan ini akan tetap berlaku. 

“China tidak akan pernah melepaskan pengaruhnya atas rare earth,” kata Dexter Roberts, peneliti senior non-residen di Global China Hub Atlantic Council. “Itu akan menjadi kebodohan murni bagi mereka.”

Kontribusi hasil produksi rare-earth dunia, China begitu dominan. (Bloomberg)

Salah satu bidang di mana pejabat AS menunjukkan kemajuan adalah fentanyl, yang membuka kemungkinan tarif 20% yang diberlakukan Trump untuk menekan Beijing supaya menghentikan aliran bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat mematikan tersebut dapat diturunkan. Pengurangan tarif tersebut — yang ditambahkan ke tarif Hari Pembebasan — dapat menjadi berkah bagi negara Asia tersebut di saat permintaan domestik lemah.  

Penghapusan tarif fentanyl terhadap China dapat membatasi kerugian ekspor AS ke China menjadi kurang dari 10%, menurut Maeva Cousin dari Bloomberg Economics.

Masalah besar lainnya, seperti penyelidikan terhadap implementasi China atas Perjanjian Fase Satu dari perang dagang pertama, tampaknya belum terselesaikan, meskipun Trump pada Senin menyarankan dia dapat menghentikan penyelidikan tersebut jika segala sesuatunya berjalan baik.

Pada akhirnya, kesepakatan yang ditandatangani merupakan gabungan dari masalah-masalah kecil, kata Scott Kennedy, penasihat senior di Center for Strategic and International Studies di Washington, mencatat bahwa kebijakan industri Beijing tampaknya tidak menjadi bahan pembicaraan. 

“Mereka telah mengesampaing masalah tersebut dan fokus pada isu-isu konkret dan spesifik, mengesampingkan pertanyaan yang lebih luas tentang sistem ekonomi China dan keamanan ekonomi,” tambahnya. “Sangat tidak mungkin mereka akan pernah menangani isu-isu yang lebih luas secara langsung.”

(bbn)

No more pages