Sejumlah saham menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini. Saham–saham energi, saham properti, dan saham perindustrian mencatatkan pelemahan paling dalam, dengan masing–masing terkoreksi mencapai 4,76%, 4,71% dan 4,11%.
Kejatuhan IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps.
Daftar saham Big Caps yang ambles berdasarkan data Bloomberg, Senin (27/10/2025).
- Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menekan 50,4 poin
- Barito Renewables Energy (BREN) menekan 46,2 poin
- Barito Pacific (BRPT) menekan 26,84 poin
- Amman Mineral Internasional (AMMN) menekan 11,14 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 9,82 poin
- Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) menekan 8,78 poin
- Jaya Sukses Makmur Sentosa (RISE) menekan 7,09 poin
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 6,64 poin
- IndoKripto Koin Semesta (COIN) menekan 6,41 poin
- Petrosea (PTRO) menekan 5,4 poin
Adapun saham-saham energi lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) drop 14,7%, saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) ambles 14,76%, dan saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga terjebak di zona merah dengan jatuh 14%.
Disusul oleh pelemahan saham properti, saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang terjun bebas 7,76%, saham PT Sentul City Tbk (BKSL) ambles 6,4%, dan saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang melemah 5,17%.
IHSG Tersengat Isu MSCI: Panic Selling
Berdasarkan informasi di pasar, Morgan Stanley Capital International atau MSCI, penyedia indeks global yang sangat berpengaruh bagi aliran dana asing di pasar modal Indonesia sedang melakukan konsultasi khusus untuk Indonesia mengenai cara mereka menghitung free float saham–saham perusahaan Indonesia.
“MSCI announced that they are doing a consultation in regards to the calculation of Indonesia constituents' free-float calculation (yes,only for Indo...). They will accept inputs from market participants until 31 Dec 2025; and results will be announced on/before 30 Jan 2026,” tulis pengumuman tersebut.
Melansir sejumlah riset yang diterima, bobot saham di indeks MSCI sangat menentukan berapa banyak dana asing masuk. Jika nantinya free float dihitung lebih kecil, maka bobot dalam indeks turun. Di mana, bobot turun = potensi outflow, dana asing bisa keluar.
“Free float calculated using shareholding data disclosed in company filings, reports, and press releases; and Free float estimated from KSEI (clearing agency), by classifying all Scrip shares (not disclosed in the KSEI report), and holdings under Corporates and Others as non free float.”
Artinya, MSCI bakal menghitung free float perusahaan emiten yang listing Indonesia dengan formulasi yang lebih ketat, yang bersumber dari data–data resmi perusahaan (laporan kepemilikan publik), estimasi berdasarkan data KSEI, adapun semua script shares dianggap non free float, dengan kepemilikan corporate and others juga dianggap non free float.
“Intinya: lebih banyak saham akan dianggap tidak bebas diperdagangkan, sehingga free float turun,” berdasarkan riset yang diterima.
Dampak untuk pasar saham Indonesia adalah free float turun signifikan. Efeknya, potensi outflow yang cukup besar.
Panin Sekuritas turut menyebut, isu MSCI akan merevisi metodologi perhitungan free float untuk emiten–emiten Indonesia dan tidak akan memasukkan corporate and others dalam perhitungan free float ini, sehingga berpotensi mengakibatkan outflow yang signifikan untuk konstituen MSCI Indonesia saat ini.
(fad/aji)
































