Penilaian Scope dua tingkat lebih rendah daripada skor pesaing besar, seperti Fitch Ratings, Moody’s Ratings, dan S&P Global Ratings. Bersama ketiga lembaga tersebut dan Morningstar DBRS, Scope termasuk di antara lima perusahaan yang digunakan Bank Sentral Eropa untuk menilai agunan, dan satu-satunya yang berbasis di Eropa.
Langkah Scope ini menambah noda pada riwayat kredit negara tersebut, pada saat arah keuangan publik AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump semakin disorot. AS kehilangan peringkat tertinggi terakhirnya dari salah satu dari tiga lembaga pemeringkat besar setelah Moody’s menurunkannya pada Mei lalu.
Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan utang bruto AS akan mencapai 140% dari output dalam empat tahun—meningkat 15 poin persentase dari 2025. Hal ini akan membuat tumpukan utang AS lebih tinggi daripada negara Eropa mana pun, termasuk Italia dan Yunani yang pernah mengalami masalah fiskal.
Scope pertama kali mengubah prospek peringkat AS ke arah penurunan peringkat pada 2023, dan mempertahankannya tetap negatif sejak saat itu.
Pada 1 Oktober, Eiko Sievert, analis yang bertanggung jawab atas AS, memperingatkan bahwa kebuntuan akibat shutdown berdampak "negatif terhadap kredit" dan meski gagal bayar akibat perselisihan politik kecil kemungkinan terjadi, ia menilai risikonya meningkat.
Penurunan peringkat pada Jumat lalu mendapat pujian dari Moritz Kraemer, mantan kepala pemeringkat global untuk peringkat negara di S&P Global Ratings, yang merupakan lembaga pertama yang menurunkan peringkat AS pada 2011.
Langkah ini "menunjukkan keberanian dan objektivitas, terutama karena secara eksplisit mengecam penurunan kualitas standar tata kelola di AS," tulis Kraemer, yang kini menjabat sebagai kepala ekonom di bank Jerman LBBW yang berbasis di Stuttgart, tercantum dalam LinkedIn. "Selamat, Anda telah menunjukkan keberanian, Scope Group."
(bbn)





























