Penurunan yield yang juga cukup banyak terjadi juga untuk tenor pendek 1Y, sebanyak 01,3 bps, disusul oleh tenor 2Y sebanyak 1,2 bps dan 4Y juga turun hingga 2 bps. Tenor 5Y juga terpangkas imbal hasilnya hingga 1,6 bps ke level 5,336%.
Sedang tenor acuan SUN 10Y, yield–nya turun 4,2 bps yang saat ini ada di level 6,031%. SUN tenor panjang 15Y, dan 20Y serta 30Y masing–masing juga turun imbal hasilnya sebanyak 4 bps, lalu 2,3 bps dan 1,6 bps menjadi 6,525%, 6,662%, dan 6,822%.
Gelombang reli harga SUN sudah berlangsung beberapa hari, terlebih lagi dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) sampai dengan 7 Oktober 2025, penawaran yang masuk mencapai Rp126,16 triliun. Bertambah 28,12% dari lelang SUN sebelumnya dan menjadi yang tertinggi dalam dua bulan.
Bank Indonesia (BI) mencatat investor asing melakukan beli bersih (net buy) di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp5,14 triliun. Sepanjang 2025 hingga 9 Oktober, investor asing membukukan net buy Rp26,46 triliun.
Return alias keuntungan dari SUN tenor 10 tahun sudah lebih dari 10% sepanjang tahun ini, menurut perhitungan Bloomberg. Ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, hingga melampaui India.
“Sentimen global yang menajam dan kegelisahan terhadap potensi pelebaran defisit fiskal pemerintah Indonesia telah mendorong investor asing mengurangi kepemilikan mereka atas Surat Utang Negara sejak September,” tulis Rully Arya Wisnubroto, Kepala Ekonom dan Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam sebuah catatan, mengutip Bloomberg.
“Namun, arus keluar asing tersebut tertahan oleh meningkatnya kepemilikan dari institusi dalam negeri, termasuk perbankan,” lanjutnya, berkat likuiditas yang berlimpah dalam sistem keuangan.
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 juga menjadi sentimen bagi pasar obligasi. Per September, belanja negara turun 0,8% dibandingkan sembilan bulan pertama 2024 menjadi Rp2.234,8 triliun.
Belanja negara yang melambat membuat defisit anggaran bisa ditekan. Mega Capital Sekuritas memperhitungkan defisit APBN secara 12 bulan ke belakang (Trailing Twelve Months/TTM) menjadi 2,74% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada September. Susut dari 2,95% PDB pada Agustus.
“Ini adalah kabar baik bagi pasar SUN,” sebut riset Mega Capital Sekuritas.
Saat defisit anggaran bisa ditekan, maka kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan SUN juga akan berkurang. Pasokan SUN tidak akan melimpah, sehingga harga bisa terjaga di level tinggi.
(fad/wep)
































