“Masih lah [ada potensi Shell batal berinvestasi kembali]. Selama belum ada tanda tangan basah di atas kertas, bukan MoU [nota kesepahaman] ya, tetapi agreement,” tegas dia.
Untuk itu, Moshe tetap mendorong pemerintah memperbaiki iklim investasi hulu migas di Indonesia yang salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan kepastian regulasi bagi para investor di sektor migas.
Di sisi lain, dia menilai kabar raksasa migas Inggris itu ingin kembali berinvestasi di Indonesia merupakan angin segar bagi sektor hulu migas Indonesia.
Namun, Moshe berharap pemerintah dan Shell bisa segera meneken kontrak perjanjian investasi di hulu migas Indonesia tersebut.
“Jadi lebih baik ikat mereka secepat-cepatnya, daripada kita sudah happy duluan, sedangkan mereka belum diikat. Secepatnya untuk mengikat mereka dalam sebuah kontrak yang menguntungkan kedua belah pihak, sehingga benar-benar kita bisa mendorong yang lain juga,” tegas Moshe.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan kepastian wilayah kerja (WK) migas yang diminati Shell untuk dilakukan eksplorasi akan diumumkan pada November 2025.
Pengumuman akan dilakukan setelah SKK Migas melakukan pertemuan lanjutan dengan raksasa migas Inggris tersebut.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Heru Setyadi menjelaskan tim teknis Shell saat ini masih mengevaluasi sejumlah WK migas yang potensial di Indonesia. Akan tetapi, dia enggan mengungkapkan WK mana saja yang tengah dipertimbangkan oleh Shell.
Hasil dari evaluasi itu, menurut dia akan diumumkan setelah SKK Migas dan Shell Plc melakukan pertemuan lanjutan pada bulan depan.
“Bulan November SKK Migas berencana melakukan engagement lanjutan dari pertemuan sebelumnya,” kata Heru kepada Bloomberg Technoz, Senin (13/10/2025).
“Kami akan melakukan update setelah pertemuan November nanti, terkait dengan specific area of interest dari Shell,” tegas Heru.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus sebelumnya mengatakan instansinya telah diundang langsung ke kantor pusat Shell pada Maret 2025 guna membahas niat investasi kembali ke hulu migas di Indonesia.
Sebagai balasan, SKK Migas lantas mengundang perwakilan Shell untuk ke Tanah Air guna menghadiri acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex pada Mei.
“Beliau [perwakilan Shell] hadir dan menyampaikan secara verbal ketertarikan untuk masuk kembali ke Indonesia,” kata Rikky ditemui usai agenda laporan kinerja hulu migas semester I-2025, Senin (21/7/2025).
Minat Shell tersebut, lanjutnya, telah dibuktikan melalui persiapan perusahaan energi itu menjadi anggota Migas Data Repository (MDR), yang merupakan salah satu kewajiban kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang beroperasi di Indonesia.
Sekadar catatan, iuran keanggotaan MDR untuk mengakses data migas di Indonesia diwajibkan bagi KKKS anggota, baik yang memiliki wilayah kerja (WK) maupun tidak.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), anggota yang mengelola lebih dari 5 WK diwajibkan mengiur US$50.000, sedangkan yang memiliki 2—5 WK US$40.000, dan 1 WK US$20.000.
Sementara itu, anggota yang tidak memiliki atau terafiliasi dengan WK di Tanah Air dikenai biaya US$35.000.
“Jadi dia ikutan juga beli [data melalui MDR seharga] US$30.000. Itu sudah memasukkan ke negara untuk melihat-lihat peluang di Indonesia. Kami ingin mematangkan agar Shell juga bisa berbagi risiko dan nyaman untuk kembali ada di Indonesia,” ujar Rikky.
Bagaimanapun, Rikky belum bersedia mengungkap wilayah kerja mana yang dilirik oleh Shell sebagai jalan masuk kembali ke industri hulu migas nasional.
“Itu nanti mungkin joint study lah, [bersama] teman-teman Kementerian ESDM,” tuturnya.
Adapun, joint study merupakan mekanisme penawaran WK di mana para investor dapat mencari data cadangan migas secara independen, dengan risiko dan ongkos yang ditanggung sendiri.
(azr/wdh)





























