Logo Bloomberg Technoz

Merespons hal itu, China juga memberlakukan biaya baru bagi kapal-kapal AS di pelabuhannya, memulai investigasi antimonopoli terhadap Qualcomm Inc, dan mengumumkan pembatasan baru yang luas terhadap ekspor tanah jarang dan material kritis lainnya.

Menurut pernyataan Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Minggu, Beijing membenarkan langkahnya sebagai tindakan defensif dan menuduh AS memberlakukan pembatasan baru yang menargetkan China sejak perundingan antara keduanya di Madrid pada September.

“Jika AS tetap pada jalur kebijakan ini, China akan dengan tegas mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya,” tulis Keemendag China, melansir Bloomberg News.

Teranyar, AS kini kembali memberikan sinyal potensi keterbukaan untuk kesepakatan dengan China guna meredakan ketegangan perdagangan kedua negara, yang diungkapkan langsung oleh Wakil Presiden JD Vance.

Vance mendesak Beijing untuk 'memilih jalan akal sehat' dalam perselisihan perdagangan kedua negara. Dia pun menilai, Amerika Serikat justru akan lebih diuntungkan jika perselisihan tersebut terus dilanjutkan.

Hal yang sama juga disampaikan Presiden Donald Trump melalui akun media sosialnya yang juga mendorong Presiden China Xi Jingping menyelesaikan perang dagang tersebut. Seperti Vance, Trump menilai perang dagang akan lebih banyak merugikan China.

“Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati hanya mengalami momen buruk. Dia tidak ingin depresi untuk negaranya, dan saya pun tidak. Amerika Serikat ingin membantu China, bukan menyakitinya!!!” tulis Trump di Truth Social.

(wep)

No more pages