Saham China dan yuan mungkin melemah, tetapi "saya memperkirakan tekanan tersebut akan lebih moderat daripada yang saya perkirakan beberapa jam lalu sebelum Trump mengunggah di media sosial," kata Michael Brown, ahli strategi dari Pepperstone Group. "Namun, kelemahan tertentu tetap diproyeksi."
Indeks saham China yang terdaftar di AS anjlok lebih dari 6% pada Jumat, kerugian terbesar sejak perang dagang memanas pada April. Saham-saham AS juga anjlok, di mana Nvidia Corp yang terjebak dalam negosiasi kontrol ekspor antara kedua negara, merosot hampir 5%. Mata uang pasar negara berkembang melemah.
Memburuknya hubungan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini dapat mengancam salah satu pasar saham dengan kinerja terbaik di dunia tahun ini, serta memicu keraguan atas kelayakan investasi China.
Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 31% pada 2025, ditopang oleh gencatan senjata perdagangan dengan AS, serta optimisme atas membesarnya peran China dalam kecerdasan buatan (AI). Saham Alibaba Group Holding Ltd melonjak lebih dari 100%, Tencent Holdings Ltd sendiri naik hampir 60%. Reli ini terjadi setelah Hang Seng jatuh selama empat tahun beruntun hingga 2023.
Pelemahan yuan yang berkelanjutan biasanya berdampak negatif pada mata uang Asia karena yuan telah lama dianggap sebagai acuan bagi kawasan tersebut. Mata uang negara berkembang Asia berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang lain kawasan tahun ini. Indeks Dolar Asia Bloomberg hanya naik 2,6% terhadap dolar AS. Indeks mata uang negara berkembang secara menyeluruh naik 6,4%, menuju tahun terbaiknya sejak 2017.
Namun, obligasi pemerintah China berpotensi diuntungkan. Pada Sabtu, menurut data resmi, imbal hasil obligasi 30 tahun turun lima basis poin dalam volume tipis, penurunan terbesar sejak April. Imbal hasil obligasi 30 tahun mencapai level tertinggi dalam hampir setahun terakhir awal bulan ini di tengah menguatnya selera risiko.
Apakah gencatan senjata ini akan bertahan atau runtuh masih belum diketahui. Pada Jumat, Trump mengaku ia bisa mundur dari eskalasi tarif jika Beijing membatalkan rencananya untuk membatasi ekspor logam tanah jarang. Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu akhir bulan ini—pertemuan yang sempat diancam akan dibatalkan Trump, tetapi kemudian ia mengatakan masih mungkin terjadi.
Menurut Hao Zhou, Kepala Ekonom Guotai Junan Hong Kong Ltd, ketidakpastian ini mungkin membatasi dampaknya terhadap saham China.
"Saya memperkirakan pasar China akan jatuh pada awalnya dan kemudian rebound dengan hati-hati," ujarnya. "Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab."
Fokus utama negosiasi antara Beijing dan Washington berpusat pada kontrol ekspor. AS membatasi pengiriman semikonduktor dan cip AI yang dibutuhkan China, sedangkan China membatasi ekspor material dan magnet kritis yang diinginkan AS.
Pada Minggu, China mengatakan AS harus menghentikan ancaman kenaikan tarif dan mendesak negosiasi lebih lanjut untuk mencapai kesepakatan dagang. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan balasan perdagangan China baru-baru ini terkait isu-isu AS merupakan tindakan defensif yang diperlukan.
Pada Kamis, Beijing mengatakan eksportir luar negeri yang menggunakan, bahkan sedikit, logam tanah jarang tertentu yang diimpor dari China kini memerlukan lisensi ekspor, atas dasar keamanan nasional.
Tak Bisa Bertahan
Memanasnya ketegangan bisa dilihat sebagai bagian dari strategi negosiasi menjelang pertemuan antara Trump dan Xi, menurut Hao Hong, Kepala Investasi Lotus Asset Management di Hong Kong. Trump sebelumnya mengatakan akan bertemu Xi dalam KTT di Korea Selatan bulan ini.
"Karena ini jelas merupakan situasi yang tidak bisa dipertahankan hanya beberapa pekan sebelum KTT para pemimpin, kedua belah pihak bisa dianggap 'sepenuhnya terlibat' dalam negosiasi mendatang dan berusaha untuk mencapai kesepakatan dari titik ini," kata Hong. Bagi pasar saham, eskalasi perdagangan "akan meredam reli, tetapi tidak mungkin mengubah arah kenaikannya," ujarnya.
Para investor juga akan memperhatikan pertemuan tertutup yang diadakan Partai Komunis China pada 20-23 Oktober untuk meninjau rencana pembangunan lima tahun ke depan.
Di pasar valuta asing, para pelaku pasar akan memantau apakah bank sentral China memberikan sinyal saat menetapkan nilai tukar acuan harian yuan pada Senin. Penetapan ini membatasi pergerakan mata uang domestik sebesar 2% di kedua sisi. Yuan, yang menguat sekitar 2% terhadap dolar AS tahun ini, ditutup di level 7,136 per dolar pada Jumat.
Terlepas dari risiko yang ditimbulkan oleh retorika keras antara Beijing dan Washington, kata Barry Wang, co-portfolio manager China Opportunities Fund di Oberweis Asset Management, saham China sudah terlihat overheated. Indeks MSCI China mencatat kenaikan bulanan kelimanya pada September, rekor terpanjang sejak 2018.
"Reli pasar China tahun ini sudah terlalu jauh," beber Wang. "Mungkin perlu jeda agar fundamental bisa mengejar ketinggalan."
(bbn)



























