Sejak serangan tersebut, Ukraina telah mengajukan permohonan darurat kepada mitra-mitra di G7, meminta peralatan guna memperbaiki sistem energinya dan memperbarui permintaan sistem pertahanan udara tambahan untuk melindungi infrastruktur energi. Ukraina juga mencari dukungan finansial untuk membiayai impor gas yang dibutuhkan.
"Rusia akan melakukan segala cara untuk mencegah kami mengekstraksi gas kami," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kepada wartawan di Kyiv pada Senin. "Mereka akan melakukan segala cara. Akan sulit untuk melindungi semua ini. Tugasnya, memiliki dana untuk mengimpor gas agar rakyat memiliki gas."
Gas sangat penting selama musim dingin yang seringkali parah di Ukraina, di mana rumah tangga hampir sepenuhnya bergantung pada bahan bakar tersebut untuk pemanas. Rusia telah menyerang infrastruktur energi negara tersebut setiap musim dingin sejak invasi pada Februari 2022 untuk melemahkan moral dan dukungan penduduk sipil dalam melawan perang Moskwa.
Hingga saat ini, Ukraina telah membeli 4,58 miliar meter kubik gas dari pemasok asing, termasuk 3,67 miliar sejak akhir musim pemanasan terakhir. Meski memprediksi kebutuhan impor akan mencapai 5,8 miliar meter kubik pada akhir tahun ini, Kyiv memberi tahu sekutunya awal pekan ini bahwa angkanya mungkin meningkat akibat serangan Rusia.
Peningkatan pasokan gas ke Ukraina dari Uni Eropa dapat memperketat pasar regional, dan kekhawatiran tersebut mendorong reli harga gas Eropa awal pekan ini. Cadangan gas Uni Eropa masih di bawah standar historis, membuat kawasan tersebut rentan terhadap potensi gangguan. Musim dingin yang parah bisa dengan cepat menguras cadangan dan mendongkrak harga lebih lanjut, sehingga menambah tekanan pada konsumen.
Pertama-tama, kata Zelenskiy, Ukraina akan berusaha mengandalkan produksi domestik yang lebih besar. Namun, jika terjadi "serangan besar-besaran terhadap seluruh infrastruktur gas," Ukraina akan beralih ke impor dan tahu "dari mana mendapatkan dana yang dibutuhkan," bebernya kepada wartawan di Kyiv, Rabu.
Menteri Energi Svitlana Grynchuk menjelaskan jumlah pasti gas yang dibutuhkan Ukraina akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk kecepatan perbaikan fasilitas yang rusak dan dampak serangan udara di masa depan.
Perusahaan energi nasional Ukraina, Naftogaz, menolak berkomentar, tetapi dalam unggahan di LinkedIn, CEO-nya, Sergii Koretskyi mengatakan telah mengadakan pertemuan "produktif" dengan perwakilan G-7 dan berbicara dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan mitra lainnya.
"Mitra kami memahami kompleksitas penuh situasi ini," tulisnya.
Risiko utama bagi Kyiv bahwa kerusakan pada produksi dalam negeri dapat memburuk karena Ukraina dan Rusia terus meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing. Ukraina juga menyerang kilang-kilang minyak Rusia untuk mengurangi pendapatan Moskwa dari ekspor energi, yang kemudian disalurkan untuk membiayai perang.
Rusia mengintensifkan serangannya setelah Ukraina menghentikan transit pipa gas Rusia ke Uni Eropa pada awal tahun ini.
Meski Ukraina telah melewati musim dingin sebelumnya dengan generator dan membantu warga sipil selama pemadaman listrik musim dingin, kekhawatiran meningkat bahwa kerusakan akibat rentetan serangan baru-baru ini tidak akan bisa diperbaiki sebelum akhir musim dingin.
Dan biayanya terus meningkat. Menurut sumber yang mengetahui hal ini, tagihan perbaikan darurat energi diperkirakan mencapai sekitar 758 juta euro.
Kyiv memperkirakan biaya kerusakan fisik langsung pada sektor energi sejak awal invasi mencapai US$20,51 miliar, termasuk US$14,8 miliar di sektor listrik, US$1,35 miliar di sektor gas, dan US$1,7 miliar di sektor minyak. Angka-angka ini tidak termasuk kerugian terkait pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang direbut pasukan Moskwa pada awal perang.
Ukraina juga sedang mencari dana untuk membeli sistem pencegat drone dan kemampuan militer jarak jauh untuk mempertahankan diri dari serangan tersebut. Pada Senin, Zelenskiy mendesak sekutunya untuk membantu membiayai sejumlah senjata AS lainnya.
Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Bank Investasi Eropa (EIB), dan Komisi Eropa dikabarkan sedang mempertimbangkan bantuan tambahan untuk membantu sektor energi Ukraina.
Naftogaz telah mendapat pinjaman 500 juta euro dari EBRD pada Agustus untuk membiayai pembelian darurat, dan menerima pinjaman 300 juta euro dari EIB awal bulan ini.
"Komisi sangat prihatin atas kerusakan yang ditimbulkan Rusia pada infrastruktur energi Ukraina," kata Anna Kaisa Itkonen, juru bicara Komisi Eropa untuk urusan energi. "Kami tetap menjalin kontak erat dengan Ukraina mengenai situasi energi secara keseluruhan di negara tersebut."
(bbn)
































