Terkait 11 perusahaan yang saat ini berada di pipeline, BEI menekankan fokus pada kualitas dibanding sekadar mempercepat jumlah pencatatan. Persiapan yang ditekankan mencakup pemenuhan regulasi, kepatuhan, keberlangsungan usaha, serta manfaat yang dapat diberikan bagi pemangku kepentingan.
“Jika perusahaan-perusahaan tersebut dapat memenuhi aspek yang diperlukan dalam sisa tahun ini, kami berharap mereka bisa menambah pilihan investasi saham bagi investor. Perusahaan yang tercatat diharapkan tidak hanya sukses melaksanakan IPO, tetapi juga menjaga kinerja, keberlangsungan usaha, dan kepercayaan investor jangka panjang,” ujar Nyoman, dikutip Senin (3/10/2025).
BEI juga menyoroti kekhawatiran terkait kualitas IPO. Dari 23 perusahaan yang sudah tercatat tahun ini, delapan di antaranya mengalami penurunan harga saham setelah melantai.
Namun, menurut Nyoman, fluktuasi harga saham jangka pendek bukanlah satu-satunya indikator kinerja. Faktor fundamental, tata kelola, serta strategi bisnis jangka panjang lebih mencerminkan kualitas perusahaan.
Untuk menjaga kualitas IPO, BEI menyatakan terus memperkuat perannya melalui pendampingan, pengawasan berkelanjutan, serta evaluasi reguler terhadap emiten baru.
Selain itu, BEI juga konsisten menggelar program edukasi bagi calon emiten, mulai dari workshop go public hingga coaching clinic, serta memperluas kolaborasi dengan kementerian, asosiasi pengusaha, dan perbankan.
“Dengan langkah-langkah tersebut, kami optimis dapat menghadirkan perusahaan tercatat yang berkualitas, berdaya saing, dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan pasar modal serta perekonomian nasional,” kata Nyoman.
(dhf)































