Penguatan IHSG itu juga dibilang bersamaan dengan adanya aliran modal asing yang keluar (outflow) telah mencapai Rp53 triliun. Menurutnya, investor asing tetap mengambil bagian dalam reli indeks, dan masuknya akan semakin besar seiring kepastian reformasi fiskal.
"Saya pikir itu forward looking dari para investor di pasar saham. Jadi ketika kita keluarkan suatu kebijakan, mereka bisa menghitung dampaknya ke ekonomi seperti apa, ke perusahaan seperti apa," ujar Purbaya kepada Bloomberg Technoz, belum lama ini.
"Kalau saya lihat, tanpa asing juga nggak mungkin tuh IHSG naik setinggi itu. Jadi asing juga [tetap] ada yang masuk."
Tahan Banting
Di sisi lain, IHSG juga tetap menjalani reli hijau ditengah adanya polemik penghentian sementara operasional pemerintah federal AS (shutdown) yang terjadi pada Kamis pagi kemarin.
Saat shutdown hari kedua terjadi, IHSG tetap menguat sekitar 0,35% pada pembukaan perdagangan Jumat (2/10/2025), dengan volume perdagangan tercatat 1,07 miliar saham dengan nilai transaksi Rp616 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 80.714 kali.
Memang, shutdown secara historis memiliki dampak yang terbatas pada pasar keuangan dan perekonomian. Penutupan pemerintah sempat terjadi selama masa jabatan pertama Donald Trump, yaitu selama 35 hari antara 2018 dan 2019, serta merupakan yang terpanjang dalam sejarah AS.
“Selama berada di atas level tersebut [8.000], maka tren positif masih terjaga dan trend bullish belum berubah arah,” tulis riset BRI Danareksa Sekuritas dalam catatannya, Jumat kemarin.
Sementara itu, JPMorgan dalam riset bertajuk Indonesia Equity Strategy yang dirilis 27 September 2025 mencatat IHSG telah menguat 27% dalam enam bulan terakhir, Mereka pun menargetkan IHSG sepanjang tahun ini lebih positif.
Dalam skenario optimistis, target IHSG dipatok 9.000 dengan asumsi pertumbuhan laba 5% dan apresiasi rupiah ke kisaran Rp16.200–Rp16.300/US$. Dalam skenario pesimistis, IHSG diproyeksikan turun ke 6.600 jika tekanan pada penerimaan negara, konsumsi, likuiditas, dan nilai tukar berlanjut.
JPMorgan menyoroti bahwa kenaikan IHSG dalam setengah tahun terakhir sebagian besar ditopang oleh investor ritel domestik. Partisipasi ritel tercatat mencapai 50-52% pada Juli-Agustus, tertinggi sejak Maret 2022.
Meski begitu, aliran dana asing masih mencatatkan arus keluar sebesar US$473 juta pada kuartal berjalan. Sementara itu, indeks MSCI Indonesia (MXID) hanya naik 7% dalam enam bulan terakhir, yang dinilai mencerminkan ketidakpastian domestik dan proyeksi pertumbuhan laba 2025 yang negatif.
Namun, JPMorgan menilai valuasi pasar Indonesia masih menarik. “Kami percaya potensi kembalinya arus dana ke pasar negara berkembang dapat mendukung re-rating, terutama dengan valuasi Indonesia yang menarik,” tulis riset tersebut.
(ibn/spt)





























