Bursa bahkan memiliki unit kerja khusus yang melakukan pendampingan bagi perusahaan besar, baik swasta maupun BUMN, melalui coaching clinic, one-on-one meeting, hingga networking event. Upaya ini bertujuan mempercepat proses go public sekaligus memperluas basis investor.
Selain itu, BEI menggarap inisiatif lighthouse IPO, yakni IPO dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan free float minimal 15% atau Rp700 miliar. Hingga tahun ini, tercatat lima perusahaan masuk kategori tersebut, yaitu RATU, CBDK, YUPI, CDIA, dan EMAS.
Adapun untuk emiten yang sudah tercatat, BEI terus mendorong peningkatan free float melalui sosialisasi, pemantauan berkala, hingga pengenaan sanksi. Bursa juga menyiapkan notasi khusus X bagi perusahaan dengan free float di bawah 5% serta penempatan di papan pemantauan.
Sebelumnya, Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menyebut free float di Indonesia masih rendah dibanding negara ASEAN lain. Ia mengusulkan agar porsi saham publik dinaikkan hingga 40%, bukan sekadar 30% sebagaimana wacana sebelumnya.
Misbakhun menilai, kenaikan free float akan memperkuat tata kelola, meningkatkan likuiditas Bursa, sekaligus memberi perlindungan lebih besar bagi investor. Usulan tersebut juga sejalan dengan insentif fiskal berupa penurunan PPh badan 3% yang berlaku bagi perusahaan dengan free float minimal 40%.
(ell)
