Logo Bloomberg Technoz

“Harga spot itu sekali lagi fluktuatif. Bisa naik dan bisa turun dengan cepat. Dalam kondisi demand yang cukup tinggi, harga bisa 10-20% lebih mahal dari harga kontrak jangka panjang,” kata Hadi ketika dihubungi, Senin (22/9/2025).

Menurut dia, pembelian BBM dari hub Singapura melalui kontrak jangka panjang saja sudah lebih mahal dari pembelian dari negara Timur Tengah. Dengan demikian, dia menilai harga BBM yang dibeli oleh Pertamina akan jauh lebih tinggi, karena dilakukan melalui kontrak spot.

Rugikan SPBU Swasta?

Lebih lanjut, Hadi memandang pembelian BBM dari Singapura oleh Pertamina untuk dijual ke operator SPBU swasta akan menekan margin keuntungan badan usaha (BU) hilir migas swasta tersebut.

Dia memprediksi operator SPBU swasta tak akan membebankan tambahan biaya yang dikeluarkan ke konsumen, melainkan akan ditanggung oleh perusahaan sehingga margin keuntungan berpotensi menipis.

“Dengan kondisi seperti itu margin swasta akan terkoreksi. SPBU swasta tidak serta merta membebankan biaya tambahan ini kepada konsumen, mereka akan melihat situasi dan mempertimbangkan kepercayaan dan loyalitas konsumennya,” tegas Hadi.

Terkait itu, Hadi menilai SPBU swasta selama ini menjalankan bisnisnya dengan melakukan impor BBM sebab menilai kualitas dan harga BBM yang dibeli lebih kompetitif. 

Untuk itu, dia juga berharap Pertamina tetap bisa menjaga kualitas BBM yang dijual ke SPBU swasta agar sesuai dengan standar masing-masing perusahaan.

“Ujung dari semua ini, PR [pekerjaan rumah] terbesar adalah kualitas dan harga,” ujarHadi.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan BBM untuk jaringan SPBU swasta mulai terisi pekan ini.

Kepastian itu disampaikan Bahlil selepas menggelar rapat bersama dengan eksekutif SPBU Swasta di antaranya Shell Indonesia, BP-AKR, Vivo, Exxon, serta AKR Corporindo.

“Yang jelas 7 hari barang ini [BBM] sudah jalan,” kata Bahlil saat menggelar konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Nantinya, Pertamina bakal melakukan impor untuk menambal kebutuhan bahan bakar minyak jaringan SPBU swasta yang telah kosong sejak bulan lalu. Di sisi lain, dia memastikan, bahan bakar yang akan dibeli SPBU swasta dari Pertamina akan berbasis base fuel atau murni.

“Dipastikan bahwa karena pasokan Pertamina yang sekarang sudah dicampur, jadi kemungkinan besar impornya impor baru,” kata Bahlil.

Menurut data Kementerian ESDM, Pertamina Patra Niaga memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kl sampai akhir tahun ini.

Kuota itu dianggap cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga Desember 2025 sebesar 571.748 kl.

Sementara itu, dia menegaskan, kualitas BBM Pertamina yang dijual ke SPBU swasta harus melalui uji kualitas yang dilakukan oleh joint surveyor yang disepakati bersama.

Terpisah, Direktur Utama Pertamina, Simon Mantir menjamin konsistensi mutu BBM usai kepastian bahwa perusahaan menjadi pemasok base fuel ke berbagai SPBU milik swasta. Ia juga menjamin Pertamina tidak akan memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan.

“Nanti kan standarnya sesuai spesifikasi Dirjen Migas. Nah setelah itu, itu yang kita kirimkan ke semua, nanti akan diramu sesuai dengan resep dari masing-masing. Jadi penambahan aditif dan lainnya,” jelas Simon di Istana Kepresidenan, akhir pekan lalu.

(azr/yan)

No more pages