Aksi unjuk rasa di Filipina berlangsung di tengah meningkatnya gelombang demonstrasi di Asia. Di Indonesia, protes atas fasilitas untuk politisi sempat ricuh usai tewasnya seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun yang ditabrak kendaraan polisi pada Agustus. Nepal juga dilanda protes berdarah bulan ini, dipimpin remaja dan pemuda, yang akhirnya memaksa pimpinan negara mundur.
Di Manila, lebih dari 100 ribu orang berkumpul di sekitar monumen People Power di sepanjang jalan utama ibu kota, menurut James Balbuena, salah satu panitia aksi. Monumen tersebut memperingati revolusi damai 1986 yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, ayah dari presiden saat ini.
Sekitar 50 ribu orang lebih dulu berkumpul di sebuah taman kota sebelum bergerak ke berbagai titik di Manila, menurut pemerintah daerah. Aksi serupa juga digelar di sejumlah wilayah lain dengan peserta beragam, mulai dari mahasiswa, pemimpin gereja, organisasi masyarakat, hingga anggota parlemen, seperti dilaporkan media lokal.
Presiden Marcos mengatakan mendukung hak warga untuk berdemonstrasi, namun memperingatkan aparat akan bertindak bila terjadi kekerasan. Menurut polisi, sebagian besar aksi pada Minggu berlangsung tanpa insiden.
Namun, rekaman GMA News menunjukkan sekelompok demonstran berpakaian hitam sempat melempari polisi dengan batu dan botol di dekat istana kepresidenan, memicu aparat menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air untuk membubarkan massa.
Media lokal melaporkan sejumlah polisi terluka akibat lemparan batu, sementara sekelompok orang tak dikenal membakar sebuah kontainer di area yang sama. Sebanyak 17 orang ditahan.
“Kami akan melindungi hak warga untuk berkumpul secara damai menyampaikan keluhan, tetapi kami tidak akan menoleransi instabilitas dan kekerasan,” kata Menteri Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Jonvic Remulla dalam pernyataan resmi.
Awal bulan ini, Presiden Marcos membentuk badan independen untuk menyelidiki besaran dana yang diduga dikorupsi dari proyek-proyek pengendalian banjir. Ratusan rekening bank terkait proyek tersebut telah dibekukan. Sementara itu, sepupu presiden mengundurkan diri dari jabatan Ketua DPR setelah dituding terlibat dalam proyek bermasalah itu, meski ia membantah tuduhan tersebut.
Anggota DPR Chel Diokno, yang ikut turun ke jalan, menegaskan bahwa tujuan protes adalah menuntut akuntabilitas.
“Siapa pun yang terlibat, tanpa memandang warna politik, jika terbukti bersalah harus dihukum,” tegasnya.
(bbn)

































