Sementara target support rupiah untuk perdagangan pekan ini adalah Rp 16.500/US$. Untuk jangka menengah (mid-term), rupiah sejatinya masih ada potensi penguatan lanjutan seiring sentimen yang cenderung membaik dengan resisten potensialnya di level Rp 16.200/US$.
Jika nilai rupiah mampu menguat hari ini, maka resisten yang menarik untuk dicermati adalah di Rp 16.350/US$. Target berikutnya adalah Rp 16.300/US$ yang merupakan Moving Average (MA) 200.
Sentimen Penggerak Rupiah
Rupiah mungkin lesu hari ini karena sikap investor yang memasang mode wait and see. Pekan ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan menggelar rapat.
Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 4-4,25% dalam rapat pekan ini adalah 96,4%. Sedangkan kemungkinan pemangkasan 50 bos menjadi 3,75-4% adalah 3,6%.
“Pekan ini adalah tentang bank sentral, tentu yang paling dinanti adalah The Fed. Sepertinya sudah hampir pasti ada penurunan 25 bps.
“Sekarang pertanyaannya adalah seberapa agresif The Fed akan melakukan pelonggaran moneter. Pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga acuan di tiga rapat terakhir tahun ini,” papar Kyle Rodda, Senior Market Analyst di Capital.com, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Saat suku bunga turun, maka berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi kurang menarik. Namun selagi belum ada pengumuman dari Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell, sepertinya investor memilih menunggu di pinggir lapangan, tidak melakukan gebrakan besar.
Selain itu, rasanya pelaku pasar juga memantau perkembangan dialog dagang AS-China. Kali ini, pembicaraan dihelat di Madrid (Spanyol).
Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Kepala Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Sedangkan delegasi China diketuai Wakil Perdana Menteri He Lifeng.
Kemarin, delegasi kedua negara bertemu selama hampir enam jam. Pembahasan akan kembali dilakukan hari ini.
“Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT APEC di Korea Selatan tinggal enam minggu lagi. Kedua negara harus mengintensifkan kerja mereka jika ingin ada hasil dalam pertemuan tersebut. Mencapai kesepakatan sepertinya tidak akan mudah mengingat kompleksitas hubungan keduanya,” kata Wendy Cutler, Senior President di Asia Society Policy Institute, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Sembari menunggu kabar dari hasil negosiasi AS-China, sepertinya investor lagi-lagi mengambil sikap waspada. Sikap ini dicerminkan dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah menjadi tertekan.
(aji)





























