Logo Bloomberg Technoz

Proyek dengan nilai investasi mencapai US$1,4 miliar itu ditargetkan beroperasi pada 2027 mendatang. Adapun, kapasitas pabrik mencapai 88.000 ton nickel pig iron (NPI) per tahun.

ANTM memegang 40% saham pada usaha patungan yang dibentuk bersama dengan CBL yang mengendalikan smelter itu, PT Feni Haltim (FHT).

“Ini sejalan dengan rencana di mana penyelesaian kontruksi dijadwalkan di akhir 2026 dan commissioning di tahun 2027,” kata dia.

Adapun, proyek smelter itu menjadi bagian dari investasi integrasi CBL bersama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan kode proyek Dragon.

Investasi terintegarasi dari sisi hulu tambang ke perakitan baterai listrik itu diperkirakan bakal menelan investasi mencapai RpUS$6 miliar atau sekitar Rp96 triliun.

IBC bersama dengan konsorsium CBL telah menandatangani sejumlah usaha patungan atau joint venture (JV) pada beberapa tahap bisnis baterai EV itu dari sisi hulu atau upstream tambang nikel, antara atau midstream, sampai hilir atau downstream berupa pabrik sel baterai.

Di sisi hulu, terbentuk 3 usaha patungan di antaranya PT Sumber Daya Arindo (SDA), yang mengelola tambang nikel. Antam memegang 51% saham sementara sisanya dipegang afiliasi CBL, Hongkong CBL Limited (HKCBL).

Selanjutnya, usaha patungan di sisi pabrik pirometalurgi atau smelter berbasis RKEF dan kawasan industri lewat PT Feni Haltim (FHT), dengan porsi saham Antam 40%.

Sementara itu, Antam memegang saham 30% untuk usaha patungan pabrik hidrometalurgi atau high pressure acid leach (HPAL).

Adapun, usaha patungan lainnya dikerjakan IBC bersama dengan CBL meliputi bahan baku baterai, perakitan sel baterai hingga daur ulang. IBC cenderung memiliki saham minoritas pada lini kerja sama midstream sampai hilir ini.

IBC memegang saham 30% untuk proyek pengolahan bahan baku baterai dan perakitan sel baterai. Sementara itu, IBC mendapat bagian 40% saham untuk usaha patungan di sisi daur ulang baterai.

(naw)

No more pages