Logo Bloomberg Technoz

Optimisme ini didorong oleh pemotongan suku bunga, ketahanan konsumsi lokal, dan harga komoditas yang lebih kuat, katanya.

Polisi berjaga saat aksi demo buruh di jalan Thamrin, Jakarta, Kamis (4/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Gelombang protes oleh peserta aksi demo menjadi ricuh telah mereda, dan pasar telah stabil setelah penjualan besar-besaran. Indeks naik 0,5% pekan lalu, didukung oleh janji Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk memperbaiki kebijakan pemerintah.

Investor global menarik dana sebesar US$254 juta dari pasar saham Indonesia pekan lalu, dan Fitch Ratings memperingatkan bahwa ketidakstabilan yang berkepanjangan dapat membebani profil kredit Indonesia. 

Meski demikian, analis berpendapat bahwa fondasi ekonomi yang kuat akan cukup untuk mendorong harga saham naik — dengan sedikit bantuan dari bank sentral.

Bank Indonesia, yang diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga setelah pemotongan bulan lalu, juga telah menandatangani perjanjian “burden sharing” baru dengan Kementerian Keuangan untuk mendukung perekonomian.

Perbedaan antara volatilitas jangka pendek dan momentum laba menyoroti “Apa yang membuat Indonesia tetap menarik: fluktuasi jangka pendek, ketahanan jangka panjang,” kata Mirpuri.

Perkiraan laba di Bursa Saham Indonesia telah naik 19% tahun ini, mengindikasikan pertumbuhan laba lebih dari 45% dalam 12 bulan ke depan, menjadikannya pasar Asia utama terkuat, menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Investor obligasi juga optimis terhadap Indonesia, lebih memilih negara ini daripada India — sumber alternatif imbal hasil tinggi di kawasan tersebut. Selisih imbal hasil antara obligasi 10 tahun Indonesia dan India saat ini sekitar 10 basis poin (bps), dan ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan selisih tersebut akan berlipat ganda pada kuartal ketiga tahun depan.

Menteri ekonomi utama Indonesia minggu sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan tahunannya meskipun terjadi protes, didukung oleh stimulus pemerintah.

“Protes tidak mengubah prospek makroekonomi yang optimis,” kata Nirgunan Tiruchelvam, seorang analis di Aletheia Capital di Singapura. 

(bbn)

No more pages