Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Juni 2023 dengan salah satu agenda utama penggunaan laba bersih tahun 2022 atau pembagian besaran dividen.
BUMN tambang batu bara terbesar di Indonesia tak pernah absen membagikan dividen dan sebaliknya kerap membagikan dividen jumbo. Pada tahun lalu, PTBA membagikan dividen 100% dari laba Rp7,9 triliun. Dalam lima tahun terakhir dividen terendah dibagikan pada kinerja keuangan 2020.
Bila mengecualikan kinerja keuangan 2020 yang terkena pandemi, dalam 5 tahun terakhir dividen payout ratio (DPR) yang sering terjadi sebesar 75% dari laba bersih. Ini sekaligus DPR paling rendah dalam 5 tahun terakhir. Sehingga kisaran DPR dalam 5 tahun terakhir adalah 75%-100%.
Lalu berapa estimasi dividen PTBA untuk kinerja keuangan tahun 2022? Pada tahun lalu, PTBA mencetak laba bersih Rp12,6 triliun meningkat 59% dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 7,9 triliun. Ini merupakan rekor laba bersih PTBA sejak berdiri.
 
Bila pakai asumsi DPR 75% untuk kinerja keuangan 2022, maka dividen yang dibagikan akan mencapai Rp9,45 triliun atau setara dengan dividen per saham Rp818. Dengan harga saham PTBA saat ini dikisaran Rp3.480, maka dividen yield setara dengan 23,5%. Ini merupakan dividen yield yang tergolong jumbo di Bursa Efek Indonesia.
Analis Saham Teguh Hidayat dalam ulasannya memprediksi PTBA akan membagikan dividen Rp1.000 atau hampir mencapai 100% dari laba tahun lalu.
“Secara historis, selama ini PTBA bayar dividen sekitar 70 - 80% labanya, dan pada tahun lalu dividennya sebesar 100% laba. Jadi ada kemungkinan untuk tahun ini dividennya 100% labanya juga, yakni Rp1.094 per saham untuk tahun buku 2022,” ujarnya dalam analisa yang dipublikasikan pekan lalu.
Menurut Teguh, PTBA mencatat arus kas bersih dari aktivitas operasional sebesar Rp12,5 triliun, atau hampir sama persis dengan laba bersihnya yang juga Rp12,5 triliun.
“Laporan arus kas ini penting untuk dicek karena laba bersih perusahaan belum tentu seluruhnya berupa kas, sedangkan untuk bayar dividen maka perusahaan harus pakai uang kas,” ujarnya.
Berikutnya, Teguh mengatakan posisi kas PTBA mencapai Rp16 triliun, setara Rp1.388 per saham. Dengan posisi ini maka PTBA punya kas lebih dari cukup untuk bayar dividen Rp1.000 per saham.
“Lalu apakah PTBA sedang butuh uang tunai untuk bayar utang atau ekspansi tertentu? Maka, memang dulu ada cerita PTBA akan akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dari PT PLN, namun skemanya ketika itu adalah PTBA akan dibantu untuk pendanaannya oleh Kementerian BUMN, sehingga mengindikasikan bahwa PTBA akan tetap bisa bayar dividen jumbo seperti biasa,” ujar Teguh.
(dba/roy)
































