“Jadi tentu saja semuanya bergantung kepada the economics of the project ya. Harusnya sih dengan harga tembaga yang merangkak naik, bukan merangkak lagi tetapi sudah cukup tinggi dan bahkan mungkin bisa lebih tinggi lagi,” tegas dia,
Smelter Freeport
Untuk diketahui, smelter pertama milik Freeport yakni PT Smelting yang dibangun pada 1996 bersama konsorsium Jepang dan dioperasikan oleh Mitsubishi. PT Smelting terletak di Gresik, Jawa Timur dan menjadi smelter tembaga pertama di Tanah Air.
PT Smelting disebut mampu mengolah 1.00.000 ton konsentrat tembaga menjadi 300.000 ton katoda tembaga setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan produksi di dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya, Freeport memiliki smelter katoda tembaga di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur. Pembangunan dimulai pada Oktober 2021, tetapi tertunda akibat pandemi Covid-19 sebelum akhirnya diresmikan pertengahan tahun lalu.
Smelter kedua PTFI ini merupakan smelter katoda tembaga dengan desain single line terbesar di dunia dan dirancang untuk mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.
Fasilitas ini dilengkapi unit refinery, unit pemurnian logam mulia, unit oksigen, unit asam sulfat, dan unit desalinasi serta unit effluent and wastewater treatment plant untuk mendukung pemanfaatan maksimal bahan baku, produk samping maupun limbah agar dapat mencapai high efficiency smelting and refining process.
Hanya berselang tiga pekan sejak diresmikan, smelter tembaga kedua Freeport tersebut mengalami insiden kebakaran hingga harus menjalani proses perbaikan dan penyetopan sementara produksi.
Akibat kejadian itu, Freeport diizinkan untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga pada 2025. Izin ekspor konsentrat tembaga Freeport diberikan selama enam bulan yakni sejak 17 Maret 2025 hingga 16 September 2025, atau tersisa kurang dari satu bulan lagi.
Fasilitas Pendukung Rusak
Tony mengungkapkan fasilitas oksigen pada smelter PT Smelting masih dilakukan perbaikan dan diprediksi kembali beroperasi pada awal September 2025.
Tony menjelaskan mulanya perusahaan sedang melakukan perawatan atau maintenance pada smelter PT Smelting tersebut. Namun, dalam perkembangannya terdapat insiden yang terjadi pada fasilitas oksigen di smelter tersebut.
“Mungkin sekitar 7 September sudah bisa berproduksi lagi,” kata Tony kepada awak media, ditemui di wilayah Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).
Menurut Tony, fasilitas oksigen tersebut memiliki peran krusial dalam proses operasional smelter tersebut. Dengan begitu, operasional pabrik harus berhenti sementara selama proses perbaikan dilakukan.
Dalam kesempatan yang sama, Tony menegaskan bahwa peningkatan kapasitas produksi smelter tembaga Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur berjalan sesuai target. Saat ini, menurutnya smelter tersebut telah bisa beroperasi mendekati 70% dari kapasitas produksi maksimum.
“Karena ramp up produksi kita sudah sesuai dengan kurva sebelumnya yang kita sampaikan kepada pemerintah Itu mulai dengan 40%, 50%, 60 %dan sekarang mendekati 70%,” tegas dia.
Adapun, tembaga dilego di harga US$9.755/ton pada hari ini di London Metal Exchange (LME) per pukul 9:15 WIB atau turun 0,83% dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya.
(azr/wdh)
































