Permintaan dolar AS menjelang tutup bulan juga turut menekan mata uang Indonesia.
“Permintaan rutin dolar pada akhir bulan untuk kebutuhan pembayaran utang luar negeri dan impor, serta aksi ambil untung investor di pasar, turut melemahkan rupiah,” tulis analis Maybank Myrdal Gunarto dalam sebuah catatan, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Sentimen bearish bertambah berat setelah serangan Presiden Donald Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Federal Reserve, Bank Sentral paling berpengaruh di dunia, berisiko menimbulkan efek balik yang memukul pasar keuangan dan perekonomian.
Pemecatan Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve Lisa Cook oleh Presiden Donald Trump dipandang sebagai bentuk campur tangan Presiden atas independensi Bank Sentral.
Jika terbukti, maka ada risiko peringkat utang (rating) AS turun dan menjadi bencana di pasar keuangan global.
Tarif Trump ke India Capai 50%, Tertinggi di Asia
Sentimen investor juga tertekan oleh tarif baru AS terhadap India. Tarif impor atas India tersebut mulai berlaku pada Rabu 00:01 dini hari waktu Washington. Tarif sebesar 50%, yang diberlakukan sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia oleh New Delhi, berpotensi mengganggu upaya puluhan tahun AS untuk mempererat hubungan dengan India.
Tarif baru tersebut secara resmi menggandakan bea masuk yang sebelumnya sebesar 25% atas ekspor India. Trump menuduh pembelian minyak Rusia oleh India telah membantu mendanai perseteruan Presiden Vladimir Putin di Ukraina. Sebaliknya, pemerintah India menilai langkah AS ini “tidak adil, tidak berdasar, dan tidak masuk akal.”
Keputusan ini mengejutkan pejabat India, terutama setelah berbulan–bulan negosiasi dagang dengan Washington. India termasuk negara pertama yang membuka pembicaraan dagang dengan pemerintahan Trump.
Namun, kebijakan proteksionisme India di sektor pertanian dan produk susu sudah lama membuat AS frustasi.
Di tengah ketegangan ini, kunjungan tim negosiasi perdagangan AS yang sebelumnya diagendakan pada 25–29 Agustus ditunda. Hal ini menambah keraguan apakah kedua negara bisa mencapai kesepakatan dagang sebelum musim gugur, target yang sebelumnya ditetapkan saat kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Gedung Putih pada Februari lalu.
(fad/aji)
































