Seiring dengan taruhan para pelaku pasar pada langkah The Fed di September, imbal hasil obligasi pemerintah AS anjlok di seluruh tenor, dengan yield obligasi dua tahun turun 10 basis poin. Indeks dolar tergelincir sekitar 1%. Sementara itu, dunia kripto bergemuruh, dengan Ether mencetak rekor pertama dalam hampir empat tahun.
“Stabilitas tingkat pengangguran dan indikator pasar tenaga kerja lainnya memungkinkan kami untuk berhati-hati dalam mempertimbangkan perubahan sikap kebijakan,” kata Powell, Jumat. “Namun dengan kebijakan yang masih restriktif, prospek dasar dan keseimbangan risiko yang bergeser dapat membenarkan penyesuaian kebijakan.”
Krishna Guha dari Evercore menilai pidato itu jauh lebih dovish daripada yang dikhawatirkan pasar.
“Powell membuka lebar pintu bagi pemangkasan suku bunga September dengan pidatonya di Jackson Hole, mengirim sinyal jelas dan kuat bahwa The Fed siap memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan tersebut,” ujarnya.
“Powell melakukan sesuatu yang tak banyak orang perkirakan, ia terang-terangan memberi sinyal bahwa The Fed siap memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya,” kata Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management. “Sekarang ambang batas sangat tinggi bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga dalam waktu kurang dari sebulan.”
Sinyal yang lama ditunggu itu datang di tengah tekanan konstan Gedung Putih agar biaya pinjaman lebih rendah. Presiden Donald Trump menyebut komentar Powell tersebut “terlambat.”
Menurut David Laut dari Abound Financial, meski masih ada satu laporan ketenagakerjaan lagi sebelum pertemuan September, The Fed sudah memiliki cukup data untuk membenarkan pemangkasan.
“Pasar saham cenderung menyukai suku bunga yang lebih rendah, dan karena Powell memberi isyarat prospek pemangkasan di September, kami memperkirakan tren bullish akan berlanjut dalam jangka pendek,” kata Laut.
Namun The Fed menghadapi dilema. Inflasi mulai meningkat sementara pasar tenaga kerja mulai melemah, menurut Bret Kenwell dari eToro.
“Memangkas terlalu banyak atau terlalu cepat berisiko menyalakan kembali inflasi,” kata Kenwell. “Memangkas terlalu lambat atau terlalu sedikit bisa memicu keruntuhan lebih besar di pasar tenaga kerja dan pada akhirnya ekonomi.”
Seema Shah dari Principal Asset Management menilai pidato Powell jelas dovish, namun sinyalnya mendukung pemangkasan 25 basis poin, bukan 50 basis poin.
“Memang, meski argumen untuk pelonggaran semakin kuat, tidak ada justifikasi ekonomi untuk pemangkasan darurat sebesar 50 basis poin,” kata Shah. “Jika The Fed melakukan langkah itu, pasar bisa menafsirkan sebagai pengaruh politik, bukan keputusan berbasis data.”
Hal itu bisa mendorong ekspektasi inflasi lebih tinggi dan mengangkat yield jangka panjang, justru merusak kondisi yang menopang aset berisiko, tambahnya.
Menurut Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management, pelemahan pasar tenaga kerja tampaknya lebih dominan dibanding risiko inflasi bagi The Fed, dan reaksi awal pasar sudah jelas mencerminkan hal itu.
“Dalam jangka panjang, perdebatan tentang seberapa jauh dan cepat The Fed akan memangkas suku bunga baru saja dimulai. Powell menegaskan kembali target inflasi 2%, dan dengan tarif impor yang masih bekerja dalam perekonomian, The Fed menghindari klaim kemenangan prematur,” kata Zentner.
“Powell baru saja membalik mandatnya,” ujar David Russell dari TradeStation. “Pembicaraannya tentang kelemahan pasar tenaga kerja dan melambatnya pertumbuhan PDB menggeser fokus dari stabilitas harga ke lapangan kerja penuh. Pertumbuhan lapangan kerja lemah dan klaim pengangguran meningkat. Lebih baik berhati-hati.”
Namun Russell mengingatkan masih banyak data penting hingga pertemuan September. “Jika laporan ketenagakerjaan atau inflasi berikutnya mengejutkan ke atas, Powell bisa lebih hawkish tanpa kehilangan kredibilitas. Tapi jika ia menentang pasar sekarang, risikonya besar jika data Agustus ternyata lemah.”
(bbn)































