Saham–saham properti, saham barang baku, dan saham konsumen primer menjadi pendorong penguatan IHSG bullish hingga melesat di zona hijau, dengan menguat hingga 2,56%, 1,82%, dan 1,63%.
Saham properti yang menjadi penopang IHSG perdagangan hari ini adalah saham PT Pakuan Tbk (UANG) melesat 24,5%, dan saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) menguat 24,5%. Selain itu, penguatan juga terjadi pada saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) sebesar 10,1% point–to–point.
Saham barang baku turut menjadi pendorong. Saham PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) melesat 10,6%, saham PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) melejit 9,48%, dan saham PT Indo Acidatama Tbk (SRSN) menguat 7,41%.
Yang jadi perhatian investor, harga saham–saham LQ45 juga tercatat melesat. Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) terbang 6,79%, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melesat 5,38%, dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) terapresiasi 5,18%.
Senada, tren positif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatat penguatan 4,93%, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menguat 4,61%, juga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) hijau 4,44%.
Bursa Asia bergerak bervariasi pada hari ini. Indeks CSI 300 China melesat 1,14%, Shanghai menguat 1,04%, Shenzhen Comp China menguat 0,81%, Ho Chi Minh Stock Index Vietnam melejit 0,61%, dan Strait Times Singapore hijau 0,08%.
Sementara itu, indeks TW Weighted Index Taiwan ambles 2,99%, NIKKEI 225 tertekan 1,51%, TOPIX drop 0,57%, dan FTSE Malaysia KLCI merah 0,13%.
BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 5%
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Agustus 2025. Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19–20 Agustus 2025 memutuskan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5%, suku bunga Deposit Facility turun menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 5,75%.
Pemangkasan BI Rate pada pertemuan Agustus ini sekaligus menjadi yang keempat tahun ini setelah pada Januari, Mei, dan Juli lalu.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas perekonomian
Hasil ini di luar ekspektasi pasar yang meramal keputusan RDG BI Agustus. Konsensus 39 ekonom atau analis disurvei oleh Bloomberg menghasilkan median 5,25% untuk BI Rate.
Sebanyak 9 ekonom atau analis yang disurvei memperkirakan suku bunga acuan akan dipangkas 25 bps menjadi 5%.
Di antara yang memprediksi BI Rate akan dipangkas 5% adalah Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan BI akan memotong suku bunga 25 basis poin (bps), dengan pertimbangan: “Nilai tukar rupiah yang masih stabil, didukung pertumbuhan, dan inflasi rendah.”
Fakhrul Fulvian, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas juga memproyeksikan serupa. Sebelumnya, kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi alasan penurunan BI Rate.
“BI Rate bisa diturunkan ke level 4,5% tahun ini,” kata Fakhrul.
Perang dagang, lanjut Fakhrul, justru bisa menyebabkan investor kurang berminat terhadap aset–aset berbasis dolar AS. Sebab, akan ada perubahan konstelasi neraca pembayaran di dunia sehingga berdampak pada perubahan aliran modal global.
“Dalam perang dagang, urgensi bagi negara surplus untuk berinvestasi dalam US Treasury jadi turun dan harus terjadi realokasi dari cadangan devisa. Itu akan menjadi hal kunci dalam penguatan rupiah dan pemotongan bunga acuan selanjutnya,” jelas Fakhrul.
(fad)































