Secara rinci, dampak ekosistem digital GoTo ke ekonomi Indonesia dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut estimasi Prasasti Center for Policy Studies, dampak langsung GoTo ke ekonomi Indonesia mencapai Rp355,33 triliun sedangkan dampak tak langsungnya capai Rp125,39 triliun.
Di tingkat daerah, GoTo juga memberikan dampak ke Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ke berbagai Provinsi di Indonesia. Dengan kata lain, ekosistem digital GoTo juga turut menciptakan nilai tambah ke perekonomian nasional.
Dampak terbesar dari keberadaan ekosistem digital GoTo dirasakan di DKI Jakarta, Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Barat.
Di DKI Jakarta, kontribusi ekosistem digital GoTo mencapai Rp142,5 triliun atau setara dengan 3,8% PDRB provinsi. Selanjutnya di Jawa Barat, kontribusinya mencapai Rp76,7 triliun atau setara dengan 2,7% PDRB provinsi.
Untuk wilayah Sumatera Barat, kontribusi GoTo mencapai Rp12,5 triliun atau setara dengan 3,7% PDRB. Sementara untuk DIY, kontribusi GoTo ke ekonomi daerah tersebut mencapai 3,2% PDRB.
“Ekosistem GoTo telah memberikan dampak signifikan dalam skala besar, menyediakan pendapatan yang stabil bagi berbagai segmen sambil menciptakan beragam peluang kerja di berbagai sektor utama, mendukung lebih dari 2 juta lapangan kerja dengan potensi pertumbuhan lebih lanjut.” tulis riset tersebut.
Selain lapangan kerja, ekosistem digital GoTo juga turut membantu menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
Menurut perhitungan mereka, GoTo mendorong peningkatan pengeluaran per kapita sebesar 1,05%, yang berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,45 poin persentase, dari 9,03% menjadi 8,58% setelah adanya dampak dari GoTo.
Prasasti merupakan lembaga riset yang digawangi oleh Burhanuddin Abdullah, Hashim Djojohadikusumo, Jimly Asshiddiqie, Gandi Sulistiyanto, Ilya Avianti, Piter Abdullah.
(red)




























