Di satu sisi, audit terhadap data BPS bisa saja kata dia dilakukan oleh lembaga seperti BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), bukan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk membangun kepercayaan publik terhadap angka-angka yang disampaikan.
"Kalau yang audit yang sifatnya terkait dengan [BPS] itu BPKP ya. Itu mungkin kita bisa juga misalnya BPKP melakukan hal tersebut bukan untuk menjadikan bahwa masalah itu menjadi diterima yang disampaikan oleh BPS tersebut ya seperti itu, bukan buat untuk kepentingan apa-apa," jelasnya.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal II-2025. Laju pertumbuhannya bahkan lebih cepat dari ekspektasi pasar.
Pada Selasa (5/8/2025), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar Rp 5.947 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), Tumbuh 5,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Pencapaian ini merupakan prestasi tersendiri. Soalnya, realisasi lumayan jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 4,8% yoy. Jika terwujud, maka menjadi yang terlemah sejak kuartal III-2021 atau hampir 4 tahun terakhir.
Namun kenyataan berkata lain. Pertumbuhan ekonomi 5,12% yoy justru menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau 2 tahun terakhir.
“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi disumbang oleh komponen konsumsi rumah tangga oleh PMTB (Penanaman Modal Tetap Bruto atau investasi), mobilitas masyarakat serta permintaan barang modal untuk mendukung aktivitas produksi. Dari sisi produksi, pernyumbang utama adalah industri pengolahan, perdagangan, infokom (informasi-komunikasi), serta konstruksi,” kata Moh. Edy Mahmud, Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta.
Konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Pada kuartal II-2025, sumbangannya mencapai 54,25%.
Pertumbuhan pos ini adalah 4,97%. Sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 4,95% dan menjadi yang terbaik sejak kuartal II-2023.
“Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah. Mobilitas masyarakat juga meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran,” lanjut Edy.
Sementara PMTB menjadi kontributor terbesar kedua dengan sumbangan 27,83% terhadap PDB. Pada kuartal II-2025, PMTB tumbuh 6,99% yoy.
Pertumbuhan PMTB yang mencapai 6,99% yoy adalah yang terbaik sejak kuartal II-2021 atau 4 tahun ke belakang.
“PMTB tumbuh didorong oleh investasi swasta dan pemerintah. Belanja modal pemerintah tumbuh 30,37% yoy, terutama pada mesin dan peralatan. Impor barang modal jenis mesin tumbuh 28,16% yoy,” terang Edy.
(lav)































