Logo Bloomberg Technoz

Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pencapaian target energi nasional melalui kolaborasi pengelolaan sumber daya antara Pertamina dan PLN.

Ruang lingkup kemitraan mencakup perumusan skema kerja sama yang optimal, pemanfaatan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) milik masing-masing pihak, penyelarasan dan percepatan implementasi proyek, pelaksanaan studi kelayakan teknis dan komersial, serta pembentukan Tim Kerja Bersama dan Joint Committee sebagai forum koordinasi pelaksanaan.

Pertamina Geothermal Energy Raih Peringkat Pertama ESG Tingkat Dunia (Pertamina)

Dalam kemitraan ini, sebanyak 19 proyek eksisting dengan kapasitas sekitar 530 megawatt (MW) akan diakselerasi melalui sinergi operasional dan koordinasi lintas entitas.

Selain itu, para pihak sepakat untuk mengkaji potensi pengembangan tambahan, baik di wilayah kerja yang telah berproduksi maupun area prospektif baru.

Secara keseluruhan, potensi kapasitas dapat mencapai 1.130 MW dengan estimasi nilai investasi hingga US$5,4 miliar atau sekitar Rp88,31 triliun (asumsi kurs Rp16.355 per dolar AS).

“Melalui kerja sama ini, kami menjajaki skema kolaboratif yang memungkinkan optimalisasi potensi wilayah kerja panas bumi secara terukur dan progresif,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri.

Sementara itu, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasodjo menilai positif kerja sama bersama dengan PGEO yang difasilitasi Danantara tersebut.

Menurut Darmawan, keterlibatan Danantara belakangan memastikan sinergi antarlembaga untuk mempercepat sejumlah proyek strategis, termasuk pembangkit panas bumi.

“Menjadi wujud nyata sinergi antarlembaga untuk mempercepat proyek pembangkitan rendah karbon sekaligus memastikan ketahanan pasokan energi nasional,” tuturnya.

Proyek Co-Generation 

Usaha patungan PGEO bersama dengan PLN IP berencana untuk mengelola proyek co-generation, dengan potensi tambahan listrik 230 MW. 

Adapun, PGEO diketahui bakal memegang saham mayoritas dengan kepemilikan sekitar 51% sampai dengan 70% pada joint venture tersebut. 

“Kami optimistis proses ini akan segera selesai dalam waktu dekat,” kata Manager Corporate Communication & CSR PGEO Muhammad Taufik saat dimintai konfirmasi, Selasa (5/8/2025). 

Rencana pengembangan portofolio panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). (Materi presentasi manajemen PGEO, Maret 2025).

Muhammad berharap struktur kepemilikan pada anak usaha patungan itu nantinya dapat mencerminkan kontribusi masing-masing pihak untuk meningkatkan kapasitas listrik pada sejumlah portofolio panas bumi PGEO. 

Adapun, usaha patungan itu bakal mengejar commercial operation date (CoD) atau operasi komersial dari pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit 30 MW, dengan total investasi keseluruhan mencapai US$165 juta. 

PGEO menargetkan 2 proyek co-generation awal itu bisa COD pada Desember 2026, dengan kegiatan engineering, procurement, construction and commissioning (EPCC) dimulai Oktober 2025. 

“Kami berharap dapat menciptakan sinergi yang tidak hanya memperkuat aspek teknis dan operasional, tetapi juga mendukung percepatan proses power purchase agreement [PPA],” tuturnya. 

Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut mengadopsi teknologi co-generation dalam pengembangan PLTP dengan kapasitas 230 MW pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025—2034. 

Teknologi ini memungkinkan panas buangan dari pembangkit listrik, yang biasanya terbuang percuma diubah menjadi energi listrik tambahan.

Beberapa wilayah kerja panas bumi (WKP) yang telah diidentifikasi sebagai lokasi proyek antara lain Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh.

“Salah satu terobosan yang bisa dilakukan yaitu co-generation yang memanfaatkan steam yang tidak terpakai di model binary cycle," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dalam acara temu media di Jakarta, Senin (9/9/2024).

(naw/wdh)

No more pages