IDF menolak mengambil alih seluruh Jalur Gaza. Pasalnya, mereka menilai akan memakan waktu bertahun-tahun untuk membersihkan seluruh infrastruktur Hamas. Hal ini juga bisa membahayakan para sandera yang ditahan jika pasukan mendekati lokasi penahanan mereka.
Netanyahu mengungkap akan mengadakan rapat kabinet untuk memberi IDF arahan "bagaimana mencapai tiga tujuan perang yang telah ditetapkan," menurut pernyataan resmi tanpa memberi rincian lebih lanjut, seperti dilansir dari Bloomberg News. "Kita harus terus bersatu dan berjuang bersama untuk mencapainya."
Israel sudah lama menyatakan tujuan perangnya ialah membebaskan sekitar 50 sandera yang masih ditahan—sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup—sembari menghancurkan Hamas sebagai kekuatan pemerintahan dan militer.
Perundingan gencatan senjata baru dengan Hamas yang didukung Iran bulan lalu buntu, sehingga konflik hampir dua tahun ini terus membara. Hamas ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang secara permanen, tetapi menolak tuntutan Israel untuk melucuti senjata.
"Kami, anak-anak bangsa Palestina, tidak akan menyerahkan senjata kami," kata pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad kepada Al Jazeera. "Bahkan peluru kosong pun tidak [akan diserahkan]."
Rencana baru ini terungkap saat Israel menghadapi tekanan internasional terbesar atas perangnya di Gaza sejak serangan Hamas Oktober 2023 lalu.
PBB dan kelompok bantuan telah memperingatkan semakin meningkatnya kelaparan dan malnutrisi di Gaza akibat pemblokiran Israel terhadap bantuan—sesuatu yang dibantah Israel—dan sejumlah pemerintah Barat berjanji akan mengakui negara Palestina.
Di Israel, ratusan seniman menandatangani petisi menolak perang, sedangkan mantan petinggi militer tampil di media berbicara bahwa tidak banyak yang bisa dicapai melalui operasi militer.
Media lokal, termasuk Channel 12 pada Minggu, melaporkan perpecahan antara pemerintah dan pemimpin militer—bahkan di antara menteri kabinet keamanan—mengenai rencana pendudukan Gaza. Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz diduga belum mengambil keputusan.
"Satu-satunya pilihan bagi Hamas untuk menyelamatkan diri adalah mengembalikan sandera dan meninggalkan Jalur Gaza," kata Menteri Kebudayaan Miki Zohar kepada radio Galey Israel. "Jika itu tidak terjadi—tidak ada yang akan keluar. Kami akan memburu mereka [Hamas] hingga akhir."
Agresi Israel di Gaza menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, berdasarkan dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, tanpa membedakan antara pejuang dan warga sipil. Israel juga telah menghancurkan wilayah yang kini sekitar 75% dikuasai tentaranya. Sekitar 1.200 orang di Israel tewas dalam serangan 7 Oktober 2023, di mana 250 orang ditahan.
Karena negosiasi dengan Hamas menemui jalan buntu, Israel dan AS dilaporkan beralih ke "kerangka kerja komprehensif" untuk mengakhiri perang dan membebaskan seluruh sandera, alih-alih kesepakatan gencatan senjata sementara yang sebelumnya dibahas.
Utusan AS Steve Witkoff mengatakan kepada keluarga para sandera di Tel Aviv pada Sabtu bahwa Presiden Donald Trump sedang mengupayakan kesepakatan komprehensif untuk memulangkan para sandera dan mengakhiri perang, dan tidak akan ada lagi kesepakatan "sebagian."
"Tidak akan ada lagi kesepakatan parsial," kata pejabat senior dikutip dua hari sebelumnya, menjelaskan Israel dan AS kini sepakat mengenai perlunya "beralih dari kerangka kerja pembebasan sebagian sandera menjadi kerangka kerja pembebasan semua sandera, pelucutan senjata Hamas, dan demiliterisasi Jalur Gaza."
(ros)
































