Logo Bloomberg Technoz

Kemendag Klaim Fenomena Rojali Bukan Kegagalan Ritel

Mis Fransiska Dewi
01 August 2025 20:40

Pengunjung mal melihat produk fesyen di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pengunjung mal melihat produk fesyen di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan maraknya fenomena ‘Rojali’ yang ramai di pusat perbelanjaan atau mal bukan sinyal kegagalan ritel konvensional. Sebaliknya, Kemendag justru menilai tren tersebut sebagai bagian dari perubahan perilaku konsumen dan peluang untuk memperkuat strategi omnichannel bagi pelaku ritel.

“Fenomena Rojali ini kurang tepat jika dikatakan sebagai efek kegagalan strategi ritel konvensional. Justru saat ini perubahan pola konsumsi masyarakat menjadikan mal tidak hanya sebagai tempat berbelanja, melainkan juga sebagai ruang publik dan tempat rekreasi,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Iqbal Shoffan Shofwan saat ditemui di kantornya, dikutip Jumat (1/8/2025).

Rojali merupakan singkatan dari rombongan jarang beli dan dianggap merugikan para pelaku usaha. Istilah rojali merujuk pada fenomena masyarakat yang datang ke mal, tetapi bukan untuk berbelanja. Fenomena ini membuat mal terlihat ramai pengunjung, tetapi transaksinya minim.


Menurut Iqbal, pergeseran-pergeseran perilaku tersebut bisa dimanfaatkan pusat perbelanjaan untuk menyesuaikan strategi bisnis, misalnya dengan lebih banyak menghadirkan penyewa dari sektor gaya hidup dan makanan-minuman atau food and beverage (FnB).

Iqbal berpendapat kunjungan masyarakat yang tampak hanya sekadar jalan-jalan di mal merupakan bentuk showrooming, yakni melihat-lihat barang secara fisik sebelum membelinya secara online.