Logo Bloomberg Technoz

Putaran perundingan di Stockholm ini merupakan yang ketiga antara AS dan China dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Pertemuan ini diselenggarakan menjelang tenggat 12 Agustus untuk menyelesaikan perbedaan selama masa penangguhan tarif tinggi selama 90 hari, yang sebelumnya mengancam hubungan dagang dua ekonomi terbesar dunia. Penambahan waktu 90 hari menjadi salah satu opsi, kata Bessent pada Selasa.

Negosiator perdagangan China, Li Chenggang, mengatakan kepada wartawan bahwa kedua pihak sepakat mempertahankan gencatan tarif, namun tidak menjelaskan durasinya. Ia menambahkan bahwa pembicaraan di ibu kota Swedia tersebut berlangsung terbuka, mendalam, dan diarahkan untuk terus menjaga komunikasi erat.

“Meski belum ada hasil konkret yang disepakati, suasananya tampak konstruktif dan optimistis terhadap kemungkinan kesepakatan di masa depan,” kata Kelvin Lam, ekonom senior China di Pantheon Macroeconomics, London, dalam penilaian awalnya.

Putaran di Stockholm ini berlangsung tak lama setelah pemerintahan Trump mencapai kesepakatan awal soal tarif dengan Jepang dan Uni Eropa. Bessent menyebut rekan negosiasinya dari China tampak lebih terbuka untuk diskusi yang lebih luas.

Pembicaraan soal Magnet

Topik utama dalam dialog yang sedang berlangsung adalah bagaimana kedua negara bisa menjaga stabilitas hubungan dagang sambil tetap menerapkan hambatan seperti tarif dan kontrol ekspor untuk menahan kemajuan masing-masing di sektor-sektor krusial, mulai dari teknologi baterai, pertahanan, hingga semikonduktor.

Greer menyatakan bahwa AS menginginkan jaminan agar material penting seperti magnet tetap dapat diperdagangkan, sehingga kedua pihak bisa fokus pada prioritas lain. “Kami tidak ingin membahas soal magnet lagi,” ujarnya.

Greer menambahkan bahwa dimulainya kembali ekspor tanah jarang dari China merupakan konsesi terbesar Beijing sejauh ini. Ketika ditanya apakah AS telah memberikan komitmen kepada China terkait investigasi pasal 232 yang sedang berlangsung, Greer menjawab bahwa China memang meminta pembaruan status, namun menegaskan bahwa bea masuk yang dihasilkan dari investigasi itu akan berlaku secara global, tanpa pengecualian untuk negara tertentu.

Beberapa analis dari Eurasia Group dalam catatannya minggu lalu menyebut bahwa China sangat berkepentingan agar tarif 20% yang diberlakukan Trump atas bahan kimia yang dituduh digunakan dalam produksi fentanyl bisa diturunkan.

Namun, persoalan dalam hubungan AS-China tak hanya seputar perdagangan lintas batas. Sebelumnya, Presiden Taiwan Lai Ching-te dilaporkan membatalkan perjalanan luar negerinya yang dijadwalkan pekan depan setelah pemerintahan Trump tidak menyetujui transitnya di wilayah AS.

Ketegangan dagang juga meningkat seiring upaya kedua negara untuk menekan satu sama lain secara industri. Baru-baru ini, China memanfaatkan dominasinya atas mineral tanah jarang untuk meminta konsesi dari AS terkait cip-cip canggih yang dibutuhkan Beijing untuk pengembangan kecerdasan buatan.

Pelunakan sikap dari Trump ini justru memicu kekhawatiran di kalangan kelompok garis keras di Washington, yang menilai bahwa pemerintahan terlalu banyak mengalah demi mencapai kesepakatan dan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.

Pertemuan Para Pemimpin

Trump pada Senin (28/7) malam di Skotlandia membantah spekulasi tersebut melalui media sosial, menyatakan bahwa dirinya tidak sedang mengejar pertemuan puncak dengan Xi. “Saya tidak sedang MENGINCAR apapun! Saya mungkin akan pergi ke China, tapi itu hanya jika diundang oleh Presiden Xi — dan undangan itu sudah diberikan. Selain itu, saya tidak tertarik!” tulis Trump.

Dalam latar belakang perundingan perdagangan terbaru ini, sejumlah negara berlomba untuk menandatangani kesepakatan tarif dengan Trump sebelum 1 Agustus — tanggal di mana Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor timbal balik pada mitra dagang utama AS.

Pada Minggu, ia mengumumkan kesepakatan awal dengan Uni Eropa untuk menerapkan tarif sebesar 15% pada barang-barang asal UE yang masuk ke AS.

Dalam wawancara Selasa dengan CNBC, Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyebut banyak isu dalam pakta perdagangan AS-UE yang masih perlu dibahas lebih lanjut. “Masih banyak tawar-menawar yang akan terjadi,” ujarnya.

(bbn)

No more pages