Meski demikian, Victor tetap menekankan jika dalam menjalankan bisnis keluarga, diperlukan kekuaatan multitasking atau kemampuan bekerja secara adaptif.
"So, industri yang kita masukin sengaja tidak ada hubungannya sama yang sebelumnya [usaha sebelumnya]. Tapi emang mesti punya skill multitasking gitu. Nah, kebetulan kita pikir keluarga kita dan team kita bisa. Jadi kita emang ada multitasking ability," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Grup Djarum turut menambah portfolio mereka kepada dua emiten yang menjadi sasaran akumulasi yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Sebagai informasi, Dwimuria secara bertahap masuk ke SSIA dimulai pada 4 Juli 2025, di mana Dwimuria langsung menggenggam 5,27% atau sekitar 247,99 juta saham SSIA. Pada 9 Juli 2025, perusahaan kembali menambah 2,3 juta saham, sehingga total kepemilikannya naik menjadi 5,32%.
SSIA sendiri tengah menjalankan proyek ambisius Subang Smartpolitan, kawasan industri terpadu seluas 2.717 hektare yang kini mulai menarik tenant besar seperti BYD dan beberapa investor dari Jepang dan Tiongkok.
Di sisi lain, Grup Djarum secara resmi menjadi pemegang saham HEAL melalui akuisisi 559,19 juta saham hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan oleh emiten rumah sakit tersebut.
Saham-saham itu dilepas di luar bursa dengan harga Rp1.875 per saham, atau sekitar 32% lebih tinggi dari harga pasar saat itu di kisaran Rp1.420. Nilai total transaksinya mencapai sekitar Rp1,04 triliun.
Menariknya, pembelian besar-besarn oleh grup Djarum ini dilakukan justru ketika kedua emiten tengah berada dalam fase kinerja yang belum optimal.
(prc/spt)






























